"Kami telah mencoba mengajak beberapa law firm dan instansi, dan banyak di antara mereka yang sangat antusias untuk bergabung. Namun, tentu saja, aplikasi ini belum sempurna," ungkapnya.
"Ada kemungkinan bug atau kendala teknis lainnya, termasuk situasi di mana partner kami tiba-tiba memiliki kepentingan mendesak. Mengedukasi masyarakat tentang dinamika ini merupakan tantangan tersendiri," tambahnya.
Novannisa mengatakan, kasus yang paling banyak diajukan melalui aplikasi ini adalah perceraian, bukan hukum bisnis seperti yang ditargetkan di awal.
"Sejauh ini, kasus yang paling banyak diajukan adalah perceraian. Awalnya, kami menargetkan konsultasi hukum bisnis, tetapi justru banyak yang menghubungi terkait permasalahan rumah tangga, seperti tuduhan perselingkuhan dan hak asuh anak," jelasnya.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa aplikasi ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang menghadapi masalah rumah tangga.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait