BANDUNG, iNews.id - Kurikulum Merdeka harus disempurnakan secara terarah dan berkelanjutan. Hal itu untuk mengatasi sistem pendidikan yang terdampak pandemi Covid-19.
Demikian katakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian dalam diskusi dengan para kepala sekolah penggerak di Balai Kota Bandung, belum lama ini.
Politisi Partai Golongan Karya Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Timur ini menjelaskan pandemi sangat berdampak pada PJJ berkepanjangan. Hingga berdampak juga bagi para peserta didik pada kesenjangan pengetahuannya.
"Mendengar cerita dari para tenaga pendidik di sini tentang aplikasi kurikulum merdeka, saya berharap kurikulum ini bisa disempurnakan secara terarah dan berkelanjutan. Dan tentu harus mengacu pada pasal 35 ayat 2, dan pasal 36 ayat 1," ujar Hetifah.
"Saya juga percaya, Bandung ini selalu menjadi acuan teknologi partisipatif pendidikan untuk daerah-daerah lain. Bisa memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk memaksimalkan potensi anak-anak didik di sini," imbuhnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menambahkan selama pandemi Covid 19, demi menjaga ritme dan efektivitas pembelajaran, kurikulum baru pun mulai diaplikasikan oleh beberapa sekolah penggerak.
Di Kota Bandung, terdapat 23 sekolah dari tingkat PAUD-SMP yang mencoba kurikulum baru bernama kurikulum prototipe (merdeka).
"Meski harus meraba-raba sekitar tiga bulan, para kepala sekolah mengatakan, sudah bisa menemukan pola bagaimana agar kurikulum ini bisa efektif untuk anak-anak didik mereka," katanya.
Kepala Sekolah SMPN 12 Bandung, Agus Deni menyampaikan, kurikulum ini lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan peserta didik untuk berpikir lebih kreatif.
"Saat PJJ, sekolah kami mulai menerapkan pelajaran berbasis kewirausahaan dengan tema ketahanan pangan dan ekonomi. Selama setahun ini pelajaran berbasis proyek kita integrasikan melalui beberapa mata pelajaran," paparnya.
Hal serupa juga diakui Kepala Sekolah SDN 061 Cijerah, Januar Musliadi mengatakan, saat pertama kali mengaplikasikan kurikulum ini, ia dan para guru di sekolahnya masih menjajaki kurikulum merdeka.
"Ternyata, setelah kami jalani, kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler beragam. Anak didik diberikan cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan potensi," ungkap Januar.
Terlebih, imbuh Januar, kurikulum merdeka ini tidak ada lagi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang selama ini menjadi sebuah keresahan dari siswa, orang tua, juga guru.
"Anak-anak jadi lebih nyaman belajar, mengeksplor dirinya. Bukan hanya fokus pada materi, tapi juga soft skill mereka terasah," imbuhnya.(*)
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait