Mitos ini bahkan tercatat dalam buku anonim berbahasa Sunda tahun 1940-an berjudul 'Ki Santri Gagal', yang kemudian diterjemahkan menjadi 'Bung Santri Gagal'. Di dalamnya disebutkan bahwa burung Sit Uncuing berasal dari seorang lelaki yang kehilangan kekasihnya dan terus mencarinya dengan suara khasnya.
2. Hantu Perempuan yang Tak Menikah Hingga Akhir Hayat
Salah satu nama lain dari Sirit Uncuing adalah Siit Uncuing (tanpa 'r'). Ternyata, kata "Siit" merujuk pada sejenis hantu perempuan dalam kepercayaan Sunda. Kamus Sundadigi mendefinisikan "Siit" sebagai hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal tanpa pernah menikah. Kesedihan hati perempuan tersebut kemudian menjelma menjadi burung Uncuing dengan suara melengking yang pilu. Dari sinilah nama Siit Uncuing berasal. Sementara "Sirit" (dengan 'r') memiliki arti sesuatu yang menonjol atau bahkan merujuk pada kemaluan laki-laki.
3. Pembawa Kabar Kematian
Jika di Eropa burung Gagak sering diasosiasikan dengan kabar buruk dan kematian, di Sunda peran ini diemban oleh Siit Uncuing. Lengkingan suaranya yang terdengar sendu seringkali membuat pendengarnya bergidik dan dianggap sebagai pertanda adanya kematian di sekitar tempat burung itu bersuara.
4. Suara Merinding di Siang Bolong
Siit Uncuing bukanlah burung nokturnal dan seringkali bersuara di siang hari. Hanya pada musim kawin saja ia mengeluarkan bunyi-bunyi pendek di malam hari. Anehnya, meski terdengar di siang hari, suara panjang dan mendayu-dayu Siit Uncuing tetap mampu membuat bulu kuduk berdiri, seolah membawa aura kematian dan hal-hal gaib lainnya. Burung ini biasa tinggal di hutan terbuka, dekat desa, tegalan, bahkan taman kota, sehingga suaranya bisa terdengar di mana saja.
5. Ada Suaranya, Sulit Dilihat Wujudnya
Inilah mungkin alasan mengapa ia dianggap lebih "hantu" daripada Bueuk. Suaranya sering terdengar jelas, namun wujud burungnya kerap kali sulit terlihat. Siit Uncuing memiliki kebiasaan berbunyi dari balik rimbunnya pepohonan tanpa banyak bergerak atau berpindah posisi. Meski begitu, untuk mencari makan berupa serangga, laba-laba, dan buah-buahan kecil, ia juga terkadang turun ke semak-semak di dekat tanah.
Mitos-mitos seputar Sirit Uncuing ini terus hidup dalam kepercayaan masyarakat Sunda, menambah warna pada kekayaan budaya dan cerita rakyat di Tanah Pasundan. Terlepas dari kebenarannya, kisah tentang burung ini menjadi pengingat akan bagaimana alam dan suaranya dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara oleh manusia.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait