Transformasi besar terjadi pada tahun 1961 seiring persiapan Jawa Barat sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON). Lapangan ini disulap menjadi Gedung Olahraga Saparua dan mulai dikenal luas sebagai venue untuk bulutangkis, voli, serta bola basket. Sejak saat itu, GOR Saparua menjadi bagian dari denyut nadi olahraga kota.
Memasuki era 1980–1990-an, identitas GOR Saparua semakin beragam. Dari tempat pembacaan puisi oleh maestro WS Rendra hingga konser musik pop, GOR ini menjelma menjadi ruang seni yang hidup.
Yang paling ikonik adalah perannya dalam perkembangan musik independen Bandung. Sekitar tahun 1995, GOR Saparua menjadi panggung utama bagi band-band underground seperti punk, hardcore, metal, hingga ska. Nama-nama besar seperti Koil, /rif, Burgerkill, hingga Seringai tumbuh dari panggung legendaris ini.
Kini, GOR Saparua terus bertransformasi mengikuti zaman. Berbagai event budaya seperti West Java Festival rutin diadakan, mempertemukan seniman, UMKM, musisi, dan komunitas kreatif dalam satu ruang kolaboratif.
Perjalanan panjang GOR Saparua menunjukkan bagaimana satu tempat bisa menampung beragam fase sejarah dan gaya hidup masyarakat. Dari lapangan kolonial hingga ruang ekspresi modern, Saparua tetap menjadi jantung kreatif kota Bandung yang tidak lekang oleh waktu.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait