Menurut Maulana, cara berpikir yang menggeneralisasi kondisi ideal untuk semua orang, merupakan kesalahan mendasar dalam perumusan kebijakan publik.
Pola kebijakan disiplin waktu adalah pilihan sadar dari keluarga yang memang siap menjalaninya, bukan sesuatu yang bisa dipaksakan secara seragam kepada seluruh masyarakat.
“Tidak semua keluarga punya kondisi sosial dan ekonomi sama. Ada orang tua yang baru pulang kerja selepas Subuh. Ada pula yang butuh waktu pagi untuk aktivitas rumah tangga dan keagamaan. Negara seharusnya memberi ruang diferensiasi, bukan menyeragamkan,” tuturnya.
Selain itu, kata Maulana, waktu pagi adalah fase krusial dalam kestabilan emosi anak. “Memaksa anak bangun dan bersiap lebih awal dari biasanya akan berdampak pada kelelahan, penurunan konsentrasi, dan bahkan burnout dini, terutama jika tidak dibarengi dengan manajemen tidur memadai,” ucap Maulana.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait