BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Setelah merayakan Idul Fitri, umat Islam kembali menyambut hari raya besar lainnya, yaitu Idul Adha. Dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah, atau 70 hari setelah Idul Fitri, Idul Adha menjadi momen penting yang ditandai dengan pelaksanaan salat sunah berjamaah di masjid atau lapangan terbuka.
Hari raya ini mencapai puncaknya saat jutaan umat Muslim dari seluruh penjuru dunia berkumpul di Makkah untuk menunaikan ibadah haji, rukun Islam kelima. Bagi mereka yang belum berkesempatan menunaikan haji, berkurban menjadi amalan utama di hari Idul Adha, sebagai wujud mendekatkan diri kepada Sang Khalik melalui penyembelihan hewan kurban.
Perayaan Idul Adha tak bisa dipisahkan dari kisah monumental Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Untuk memahami esensi Idul Adha lebih dalam, mari kita telaah makna dan sejarah di baliknya.
Makna dan Jejak Sejarah Idul Adha: Pengorbanan dan Ketaatan
Setiap tahun dirayakan, Idul Adha senantiasa menyuguhkan makna yang mendalam bagi umat Islam. Di balik perayaannya, terukir kisah ketaatan luar biasa dari Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang patut dijadikan teladan.
Idul Adha mengajarkan nilai-nilai luhur seperti pengorbanan, keikhlasan, kesabaran, ketaatan, serta semangat berbagi. Pada hari ini, umat Islam diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban dan bagi yang mampu secara finansial dan fisik, diwajibkan untuk menunaikan ibadah haji.
Perintah Berkurban: Mengenang Ujian Keimanan
Berkurban di hari raya Idul Adha adalah pengingat bagi manusia bahwa jalan menuju surga memerlukan pengorbanan dan kepatuhan terhadap perintah Allah, sebagaimana tercermin dalam kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.
Perintah penyembelihan hewan kurban bermula ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, pada tanggal 8 Dzulhijjah. Sebagai seorang ayah, mimpi tersebut tentu menimbulkan perenungan mendalam dan permohonan petunjuk kepada Allah SWT. Namun, mimpi yang sama terus berulang hingga tiga kali.
Nabi Ibrahim AS kemudian menyampaikan mimpinya kepada Nabi Ismail AS. Sebagai seorang anak yang taat kepada Allah SWT, Nabi Ismail AS tanpa ragu meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah tersebut.
Atas keikhlasan dan kesabaran keduanya, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor domba. Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan menjadi ibadah rutin penyembelihan hewan kurban pada hari-hari Tasyrik, yakni tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah setiap tahunnya.
Berkurban mengandung banyak hikmah bagi umat Islam yang meyakini dan melaksanakannya. Melansir dari laman resmi Nahdlatul Ulama, hewan kurban kelak di hari kiamat akan datang dalam keadaan utuh tanpa cacat, menjadi saksi dan penolong bagi yang menyembelihnya. Selain itu, penyembelihan kurban juga menanamkan rasa ikhlas dalam berbagi, di mana dua pertiga bagian daging kurban menjadi hak orang lain, dan sisanya untuk yang berkurban.
Perintah Menunaikan Ibadah Haji: Panggilan Suci ke Baitullah
Haji merupakan rukun Islam kelima yang hukumnya wajib bagi yang mampu secara fisik dan finansial. Ibadah ini memerlukan pengorbanan tenaga dan harta.
Kisah ibadah haji bermula ketika Nabi Ibrahim AS menerima perintah dari Allah SWT untuk membangun Ka'bah di Kota Makkah. Setelah Baitullah berdiri, Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk mengumandangkan azan, menyeru umat manusia untuk melaksanakan ibadah haji.
Rangkaian peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya dijadikan dasar lahirnya Kota Makkah dan Ka'bah sebagai kiblat umat Islam sedunia. Setiap tanggal 8 hingga 12 Dzulhijjah, jutaan umat Muslim melaksanakan serangkaian ibadah haji sesuai seruan Nabi Ibrahim AS.
Perintah haji juga tertuang dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97 yang berbunyi, "...Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana..."
Pelaksanaan ibadah haji diyakini dapat membersihkan jiwa dan hati dari dosa-dosa. Menunaikan haji saat Idul Adha juga merupakan wujud ketaatan kepada Allah SWT.
Kriteria Hewan Kurban Idul Adha: Syarat Sah yang Perlu Diketahui
Penting untuk dipahami bahwa tidak semua hewan dapat dijadikan kurban. Menurut syariat Islam, hewan yang diperbolehkan adalah hewan ternak, meliputi kambing, domba, sapi, kerbau, dan unta.
Ada dua kriteria utama yang harus diperhatikan sebelum membeli hewan kurban, yaitu kondisi fisik dan usia:
Fisik:
Saat memilih hewan kurban, pastikan hewan tersebut memenuhi ketentuan syariat. Sebaiknya pilih hewan yang sehat dan tidak cacat. Hewan yang tidak diperbolehkan untuk kurban antara lain:
- Buta salah satu atau kedua matanya.
- Terpotong sebagian atau kedua telinganya.
- Tidak memiliki tanduk (sempurna).
- Sangat kurus hingga tulang rusuknya terlihat jelas.
- Pincang salah satu atau kedua kakinya.
Umur:
Usia hewan kurban juga menjadi syarat sah. Hewan yang belum mencapai usia yang ditentukan tidak sah untuk dikurbankan. Ketentuan usia masing-masing hewan ternak adalah sebagai berikut:
- Unta: Minimal berusia lima hingga enam tahun.
- Sapi dan Kerbau: Minimal berusia dua tahun.
- Kambing: Minimal berusia dua tahun.
- Domba: Minimal berusia satu tahun, atau giginya sudah tanggal setelah berusia sekitar enam bulan.
Memahami makna, sejarah, dan ketentuan hewan kurban Idul Adha akan menambah kekhusyukan kita dalam merayakan hari raya yang penuh berkah ini.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait