Renitasari menyatakan, gerakan Kita Berkebaya ini membuka ruang baru bagi kebaya untuk terus hidup dalam berbagai bentuk. Setelah Bandung, Kita Berkebaya juga akan digelar di Yogyakarta.
“Gerakan Kita Berkebaya mencoba menghadirkan kebaya bukan sebagai sesuatu yang kaku atau eksklusif, tapi wadah ekspresi diri," ujar Renitasari.
Dia berharap kebaya bisa menjadi bagian dari identitas sehari-hari perempuan Indonesia. "Kami ingin melihat kebaya dikenakan bukan hanya di acara formal, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari," tuturnya.
Menurut Renitasari, kebaya bukan hanya simbol budaya, tetapi juga kekuatan ekonomi yang memberdayakan penjual kain, penjahit, pembatik, perancang busana, hingga pelaku industri kreatif lainnya di seluruh Indonesia. "Kebaya itu tidak hanya hidup, tapi juga menghidupi,” ucap Renitasari.
Disinggung tentang kebaya diklaim milik Malaysia, Renitasari menyatakan, hal itu tidak bisa dihindari karena Indonesia dan Malaysia merupakan negara serumpun. Akulturasi budaya pasti terjadi di antara kedua negara.
Saat ini, UNESCO telah mengakui dua jenis kebaya milik Indonesia, yaitu, kebaya Laboh dan Keranca. Yang penting saat ini menguatkan kebaya sebagai identitas Indonesia. Jika orang melihat perempuan pakai kebaya akan dikenali sebagai Indonesia.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait