CIMAHI,iNews BandungRaya.id - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), memberi perhatian khusus kepada karya jurnal ilmiah di era saat ini.
Pasalnya hasil karya jurnal ilmiah yang tidak orisinal dan masih mengandung unsur flagiasi atau flagiat masih banyak ditemukan sehingga seringkali ditolak. Terlebih dengan kemunculan teknologi Artificial Intelegence (AI).
Ketua Tim Jurnal Ilmiah Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) pada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Rizky Prastya mengatakan, di era saat ini pengawasan terhadap jurnal ilmiah sangat ketat.
Hingga sudah ada aplikasi yang bisa mendeteksi apakah jurnal itu hasil AI atau bukan.
"Flagiasi jadi salah satu faktor yang membuat jurnal ilmiah ditolak. Termasuk ketika itu buatan AI dan bukan karya penulis asli bisa juga akreditasinya diturunkan," ucapnya saat ditemui di Kampus Unjani Cimahi, Selasa (12/8/2025).
Dikatakannya, status jurnal yang belum terakreditasi kerap menjadi ganjalan bagi para dosen di perguruan tinggi untuk meningkatkan jenjang karirnya. Termasuk masih kurangnya pemahaman tentang bagaimana menulis artikel ilmiah.
Atas hal itu, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) pada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dan Unjani menggelar Workshop Pendampingan dan Peningkatan Jurnal Ilmiah Terakreditasi di Aula FISIP Unjani.
Workshop ini bertujuan untuk menyatukan karya ilmiah terbaik yang diterbitkan pada jurnal terbaik pula. Sehingga, tidak ada lagi karya ilmiah terbaik yang terbit di jurnal-jurnal tidak baik.
"Nantinya artikel yang terbit pada jurnal Ilmiah di Indonesia diharapkan membawa nama harum di Indonesia dan kancah internasional," ucapnya.
Dia mencontohkan, di dunia kesehatan artikel-artikel yang terkait dengan kesehatan bakal digunakan di rumah sakit. Seperti pada zaman Covid-19, obat untuk menyembuhkan penyakit itu telah ada pada artikel-artikel yang pernah ditulis sebelumnya.
"Jurnal yang sudah terakreditasi juga memiliki pamor dan jati diri serta jadi acuan bagi para penulis lainnya," tuturnya.
Kepala Pusat LPPM Unjani Tittha Hartyana Sutarna mengatakan, peningkatan jurnal ini menjadi salah satu upaya Unjani untuk bisa memfasilitasi dosen-dosen dan juga untuk memperluas kerja sama dengan berbagai instansi atau universitas lain.
Pada kegiatan ini Unjani menjadi perwakilan Jawa Barat untuk pendampingan penulisan artikel ilmiah dan pendampingan peningkatan akreditasi jurnal.
"Total peserta untuk pendampingan jurnal ada 55 lebih dari 31 perguruan tinggi dan artikel ilmiah ada sekitar 60 peserta dari 41 perguruan tinggi se-Jawa Barat," ujarnya. (*)
Editor : Rizki Maulana
Artikel Terkait