Melihat hal tersebut, Dedi Mulyadi langsung memberikan arahan melalui pengeras suara agar rombongan Setda menghentikan pergerakan.
“Ini karnaval dengan rangkaian cerita sejarah. Setelah Caruban Pajajaran, masuk Subang Larang, lalu kabupaten dan kota menceritakan sejarah Jawa Barat. Bukan Setda yang memotong di tengah,” tegasnya di halaman Gedung Sate.
Ia menambahkan bahwa kirab budaya ini bukan sekadar pawai, melainkan narasi sejarah yang disampaikan melalui seni.
“Mohon dimengerti, ini bagian dari cerita perjalanan Jawa Barat yang dikemas dalam bentuk karnaval budaya. Jadi, silakan Setda menunggu giliran, lebih dulu kabupaten dan kota tampil sesuai narasi yang sudah disusun,” ujar Dedi Mulyadi disambut tepuk tangan penonton.
Meski sempat terjadi insiden kecil, kirab budaya Jabar Hudang tetap berlangsung meriah. Ribuan warga yang memadati Jalan Asia Afrika hingga Gedung Sate terlihat antusias menyaksikan atraksi seni, musik tradisional, hingga pertunjukan teatrikal sejarah.
Beberapa peserta menampilkan ikon khas daerah masing-masing, seperti kesenian sisingaan dari Subang, wayang golek dari Bandung, hingga angklung yang menjadi warisan dunia UNESCO. Tidak hanya menampilkan seni tradisional, sejumlah kabupaten/kota juga menghadirkan inovasi budaya dengan memadukan seni kontemporer dan teknologi digital.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait