Ia menambahkan bahwa saat ini ancaman perpecahan bergeser. Jika dahulu isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) menjadi pemicu, kini media sosial mengambil peran tersebut.
"Akhirnya terpecah belahnya bukan karena SARA, tapi didrive oleh sosmed tadi, itu yang harus kita antisipasi," ucap.
Nurul Arifin pun mengingatkan bahwa kohesivitas bangsa terancam ketika masyarakat mudah percaya pada narasi-narasi menyesatkan yang disebarkan melalui media sosial.
"Kohesivitas sebagai sebuah bangsa itu terganggunya oleh sosmed yang memberikan narasi menyesatkan dan kita percaya itu," tandasnya.
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait