Lanjut Wagoen, penggunaan kata maneh yang dipakai Sabil dan Ridwan Kamil bisa dilihat dari beberapa sisi. Pasalnya, komentar Sabil ditanggapi juga oleh Ridwan Kamil dengan menggunakan kata Maneh.
"Dari aspek budaya sosiologi, itu artinya Pak Ridwan Kamil sedang menyetarakan diri dengan dia, menggunakan bahasa dialek Cirebon, karena di Cirebon nyebut maneh, rakyat ke gubernur nyebut maneh, maka gubernur juga bisa nyebut maneh ke rakyat," ujar Wagoen.
Hanya saja, Wagoen mengingatkan ada etika di antara percakapan tersebut. Posisi yang satu sebagai guru dan satu lagi merupakan gubernur. Strata sosial keduanya berbeda.
Wagoen menilai, publik yang mendukung Ridwan Kamil kemungkinan besar ingin Sabil atau siapa pun santun terhadap pimpinan.
"Tetap saja pimpinan kita, kudu dihargaan (harus dihargai), kudu dihormatan (harus dihormati), mungkin publik menginginkannya begitu. Jadi ini problemnya ada di cara pandang yang berbeda," jelas Direktur Eksekutif Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial (EDAS) itu.
Editor : Zhafran Pramoedya