Persepi yang berkembang di antara polemik ini di antaranya Sabil mengaku biasa saja menggunakan kata Maneh. Di sisi lain ada yang menyesalkan Ridwan Kamil malah membalasnya dengan hal serupa, menggunakaan kata tersebut.
"Mungkin gubernur ingin supaya setara dengan anjeunna (Sabil), jangan terlalu terlihat saya gubernur, mungkin dari sisi bahasa 'lamun maneh ka abi nyebut maneh, nya abi ge ka anjeun nyebut maneh (kalau kamu ke saya bilang maneh, ya saya juga ke kamu bilang maneh)'. Jadi setara. Itu bahasa egalitarianisme," papara Wagoen.
Wagoen menegaskan, persoalan ini tetap berada di cara pandang yang berbeda. Tafsir yang banyak berkembang akhirnya menuai pro dan kontra di media sosial.
Netizen itu, imbuh Wagoen, publik maya yang tidak memiliki KTP. Walaupun ada akun sebagai tanda pengenal, tetap saja hal itu bisa diganti-ganti.
"Artinya jangan terlalu direspon di media sosial mah. Orang mau ngomong apapun mangga (silahkan) saja. Kalau kita menganggap tidak baik, tinggalkan saja gampang. Tong (jangan) direspon," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya