Bahkan saat berbicara sebagai perwakilan wisudawan, Elhurr mengakui bahwa dia tidak begitu mahir dalam berpidato, lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan persamaan matematika atau menghafal Al-Qur'an yang menurutnya memiliki pola yang serupa.
Sementara itu, ibunya, Sidrotun Naim, berharap bahwa Elhurr tidak hanya menjaga hafalannya dari Al-Qur'an, tetapi juga akhlaknya saat dia tumbuh menjadi dewasa dan lanjut usia, serta meraih semua cita-citanya.
"Kami berharap bahwa anak kami akan tetap menjaga hafalannya dan akhlaknya, dan dalam segala cita-citanya di masa depan, dia akan tetap menjadi sosok yang menyatukan di mana pun dia berada," ungkap Naim.
Menurut Naim, para hafiz Al-Qur'an memiliki peran penting dalam masyarakat, khususnya dalam kalangan umat Muslim, sebagai cahaya yang menerangi umat dan saling menjaga dengan bantuan Al-Qur'an.
"Para hafiz Al-Qur'an adalah keluarga Allah di dunia ini, sebuah kehormatan yang luar biasa," ujarnya.
Sidrotun Naim adalah Direktur Akademik di IPMI Business School Jakarta dan Tenaga Ahli Menteri Kesehatan dalam bidang Inovasi Kesehatan. Ia juga memiliki pengalaman bekerja di industri dan NGO.
Naim adalah lulusan Universitas Harvard, sementara ayah Elhurr, Dedi Priadi, adalah seorang wiraswasta yang memiliki perusahaan Priadi dot id yang berfokus pada sumber daya manusia berbasis sidik jari.
Tidak hanya mahir berbahasa Inggris dan Arab, Elhurr juga mampu berkomunikasi dalam bahasa Jawa dan memahami bahasa Sunda. Kemampuan ini menjadi modal uniknya dalam mempelajari tafsir.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta