“Kami mengambil beberapa sampel air galon isi ulang yang beredar di lima titik dan lima kecamatan, yang kami cek kandungan BPA-nya. Setelah kami coba, atau setelah kami analisa dengan instrumen GC-MS (Gas Cromatography and Mass Spectrometry), ternyata hasilnya negatif. Jadi tidak terdeteksi adanya kandungan BPA dalam air galonnya,” jelas Endah.
Kemudian, sampel juga diambil lagi dari beberapa toko di lima titik itu untuk dicek semua kandungan BPA-nya. Dalam menentukan lima titik tersebut, mereka juga melakukannya dengan teknik sampling di mana ada teknik pengambilan sampel agar semua titik itu bisa mewakili tempat beredarnya produk-produk itu.
Mereka juga menyebarkan kuesioner ke para pemilik toko untuk menanyakan produk apa saja paling banyak dikonsumsi atau dibeli oleh masyarakat. Diperoleh data bahwa AMDK yang paling banyak digunakan masyarakat adalah merek-merek yang sudah terkenal di masyarakat.
“Dari situ kami gabungkan semua data, baru kami cek yang mana yang paling banyak beredar dan paling banyak ada di setiap titik tersebut,” ungkapnya.
Rachmin mengatakan, penelitian dilakukan dengan kromatografi gas atau GCMS.
Editor : Rizal Fadillah