Tak banyak yang bisa dilakukan melihat naiknya harga beras. Elis mengungkapkan saat ini yang bisa dilakukan hanya mengurangi porsi memasak nasi yang awalnya satu kali memasak dengan takaran sebanyak 1 kg menjadi setengah kilo agar mengurangi nasi yang tak termakan dan mengurangi pengeluaran dalam membeli beras.
Tak hanya ibu rumah tangga yang terkena dampak dari beras mahal. hal tersebut juga mempengaruhi perekonomian stok grosir yang menjual beras dan kualitas beras yang mereka jual.
Ari, pemilik toko grosir mengatakan bahwa saat ini satu karung beras bisa mencapai Rp400.000 dengan kualitas yang tidak terlalu baik. Hal ini membuat pembeli mulai mengurangi takaran beras yang mereka beli.
“Kadang jadi bingung harus jual berapa kalo harga perkarungnya aja sekarang udah segitu. Harga Rp15.000 per kilo teh jelek berasnya, kuning terus bau jadi ya dari pada jual murah tapi jelek mending sekalian yang Rp17.000 tapi lumayan, walaupun tetep jual dua-duanya juga dapat komplain dari pembeli,” ujar Ari
Ia menambahkan bahwa para petani produsen beras yang ia jual pun sudah mulai menjual beras dengan harga Rp700.000 per karungnya. Bahkan seminggu belakangan ini mulai banyak beras oplosan yang ia jual tanpa sadar. Awalnya ia tak menyadari bahwa beras yang ia jual selama ini merupakan olosan hingga mendapat banyak komplain dari para pembelinya.
“Pokoknya saya mah keberatan, rakyat kecil kaya kit amah menjerit” ungkap Ari. Ia sangat berharap harga beras bisa kembali stabil seperti semula agar tak merugikan penjual dan memberatkan para masyarakat. (*)
Editor : Abdul Basir