BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Kota Bandung, kaya akan keindahan alam dan budaya, menawarkan alternatif menarik bagi mereka yang bosan dan ingin melepaskan kejenuhan dari tempat wisata yang biasa-biasa saja. Jika Anda mencari pengalaman wisata yang lebih mendalam, cobalah menjelajahi beragam destinasi sejarah dan edukatif yang tersedia di kota ini.
Dengan menyisir tempat-tempat ini, Anda tidak hanya akan menemukan pesona arsitektur dan sejarah kota, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan Anda. Bagi pecinta seni, tersedia pula tempat-tempat yang memamerkan karya-karya lokal, menciptakan pengalaman wisata yang memberikan nuansa yang berbeda dan lebih berarti.
Berikut adalah beberapa rekomendasi museum di bandung yang wajib anda kunjungi:
1. Museum Konferensi Asia Afrika
Museum Konferensi Asia Afrika, yang berlokasi di Gedung Merdeka Jl. Asia Afrika No.65, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 4011, memiliki sejarah singkat yang dimulai pada tahun 1980 ketika Menteri Luar Negeri Indonesia, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, mengusulkan pendirian museum untuk mengenang Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Museum ini, resmi diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980, bertujuan menyajikan peninggalan dan informasi seputar konferensi tersebut, latar belakang, serta peran Indonesia dan bangsa-bangsa Asia Afrika.
Awalnya di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pengelolaannya kemudian dialihkan ke Departemen Luar Negeri, dan saat ini berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik.
Sebagai saksi bisu dari peristiwa bersejarah, museum ini tidak hanya menjadi tempat pameran tetap, tetapi juga memiliki perpustakaan, ruang audio visual, dan fasilitas penelitian, memperkaya pemahaman tentang sejarah politik luar negeri Indonesia dan kontribusinya dalam memajukan kerja sama dan perdamaian dunia. Harga tiket untuk memasuki museum Konperensi Asia Afrika yaitu Rp.0 alias gratis, dan untuk kunjungan lebih dari 20 orang, wajib melakukan reservasi terlebih dahulu.
2. Museum Geologi
Museum Geologi, didirikan pada tahun 1929 atas inisiatif dari Dienst van den Mijnbouw (Dinas Pertambangan) pada masa Hindia Belanda, menawarkan penjelajahan yang menarik melalui warisan geologi Indonesia.
Berlokasi di Jl. Diponegoro No.57, Cihaurgeulis, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40122, museum ini memamerkan koleksi yang mengesankan, mencakup berbagai materi geologi seperti fosil, batuan, dan mineral yang dikumpulkan sejak tahun 1850 selama kegiatan lapangan di seluruh Indonesia.
Harga tiket masuk yang terjangkau membuat museum ini dapat diakses oleh berbagai kalangan, dengan tarif Rp.2.000 untuk pelajar, Rp.3.000 untuk umum, dan Rp.10.000 untuk warga asing. Museum Geologi buka pada hari Senin hingga Kamis dari pukul 10.00 hingga 15.00, dan pada hari Sabtu serta Minggu dari pukul 09.00 hingga 14.00, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mengeksplorasi kekayaan geologi Indonesia yang memukau.
3. Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia, yang awalnya dibangun pada masa Hindia-Belanda pada tanggal 27 Juli 1920 dengan nama Museum Pos, Telegraph, dan Telepon (PTT) dan resmi dibuka tahun 1931, adalah sebuah institusi bersejarah yang menawarkan wawasan mendalam tentang perkembangan sistem pos di Indonesia. Bangunan museum, dirancang oleh arsitek Ir. J. Berger dan Leutdsgebouwdienst, mencerminkan gaya arsitektur zaman itu.
Pada 19 Juni 1995, museum ini mengalami perubahan nama menjadi Museum Pos dan Giro, sesuai dengan perusahaan yang menanganinya. Ketika PT. Pos Indonesia mengubah namanya, museum ini juga mengikuti, menjadi Museum Pos Indonesia. Berlokasi di Cilaki St No.73, Citarum, Bandung Wetan, Bandung City, West Java 40115, museum ini memanjakan pengunjung dengan koleksi-koleksi yang mencakup sejarah pos Indonesia dan bahkan aspek-aspek dunia pos secara global.
Buka setiap hari senin hingga jumat pada pukul 09.00 - 15.00 dengan harga untuk masuk ke museum ini yaitu Rp.0 atau gratis, memungkinkan pengunjung untuk mengeksplorasi dan mengapresiasi warisan berharga yang disajikan oleh Museum Pos Indonesia.
4. Museum Gedung Sate
Museum Gedung Sate, sebuah institusi khusus yang mengedepankan teknologi interaktif, secara resmi diresmikan pada tanggal 8 Desember 2017 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Terletak di bagian timur Gedung Sate, museum ini dirancang untuk memberikan pengalaman interaktif kepada pengunjungnya.
Dibangun dengan tujuan untuk menghargai nilai sejarah Gedung Sate sebagai ikon Jawa Barat, museum ini menjadi jendela yang menarik untuk memahami warisan bersejarah daerah tersebut.
Harga tiket masuk yang terjangkau, sebesar Rp.5.000, memungkinkan pengunjung untuk menikmati fasilitas ini. Museum Gedung Sate berlokasi di Jl. Diponegoro No.22, Citarum, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115, dan dapat dikunjungi setiap hari selasa hingga minggu dari pukul 09.30 hingga 16.00. Sebagai tambahan, museum ini membuka pintu untuk menyelami lebih dalam nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jawa Barat.
5. Museum Mandala Wangsit
Museum Mandala Wangsit Siliwangi, didirikan oleh Panglima Divisi Siliwangi Kolonel Ibrahim Adjie dan diresmikan pada tanggal 23 Mei 1966, merupakan sebuah institusi bersejarah yang memuat amanat, petuah, dan nasihat dalam namanya. Nama "Mandala Wangsit" sendiri diartikan sebagai tempat penyimpanan amanat yang memiliki makna mendalam.
Siliwangi, merujuk pada Komando Daerah Militer TNI-AD di Jawa Barat dan Banten, mengambil namanya dari Raja Kerajaan Sunda. Museum ini menjadi rumah bagi sisa-sisa perjuangan tentara pada masa penjajahan, menyajikan beragam koleksi senjata yang digunakan dalam peperangan. Dan pengunjung dilarang mengambil foto di dalam ruangan museum.
Sebagai tiket masuk, pengunjung hanya diminta untuk memberikan donasi sukarela. Berlokasi di Bandung, museum ini buka dari hari Senin hingga Sabtu, pukul 08.00 hingga 14.00, menjadi destinasi penting bagi mereka yang ingin menelusuri sejarah dan perjuangan di wilayah Jawa Barat.
Dengan mengunjungi museum-museum ini, wisata Anda di Kota Bandung akan menjadi pengalaman yang tak hanya memikat mata tetapi juga memperluas pengetahuan Anda.(*)
Editor : Abdul Basir