Marsudijono menguraikan, dari data terlihat bahwa dalam 2 tahun terakhir puncak panen terjadi pada Maret. Namun pola itu berubah pada 2024 yang bergeser pada April 2024. “Ini jadi salah satu yang mengakibatkan harga beras naik. Karena posisinya belum ada pasok atau petani belum panen,” sambungnya.
Masih kata Marsudijono, BPS menghitung bahwa produksi padi dari Januari-Desember 2023 di angka 5,28 juta ton. Angka itu turun 169,60 ribu ton jika dibanding 2022 yang tembus di angka 5,45 juta ton.
BPS memprediksi bahwa pola penurunan produksi itu masih akan terjadi pada periode Januari-April 2024 nanti. Tercatat pada Januari 2024 produksi beras di angka 141 ribu ton beras. Sementara prediksi subround Januari-April 2024 di angka 1,32 juta ton beras.
Angka itu turun 672 ribu ton jika dibandingkan pola Januari-April 2023 yang tembus 1,99 juta ton. “Penurunannya sekitar 33,73 persen,” sambung Marsudijono. (*)
Editor : Abdul Basir