Analisis dan 10 Rekomendasi Badan Geologi terkait Bencana Pergerakan Tanah di Rongga KBB

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Puluhan rumah warga dan sekolah di Kampung Cigombong, RT 4 RW 13, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB) rusak akibat bencana pergerakan tanah. Badan Geologi telah terjun ke lokasi bencana untuk melakukan analisis terhadap penyebab pergerakan tanah tersebut.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Geologi M Wafid mengatakan, berdasarkan analisis yang dilakukan, lokasi bencana berada di kawasan perbukitan dengan kontur bergelombang dan tingkat kemiringan curam.
Kampung Cigombong, Desa Cibedug, lokasi pergerakan tanah berada pada ketinggian 990 mdpl. Kemudian, terungkap pula bahwa daerah terjadinya bencana tersusun dari berbagai material.
"Daerah bencana tersusun oleh Formasi Cimandiri (Tmc) yang terdiri dari perselingan batu lempung, batu lanau dan batu pasir, setempat gampingan dan setempat meliputi endapan lahar yang tersusun dari tuf, breksi andesit, dan breksi tuf," kata Plt Kepala Badan Geologi, Jumat (1/3/2024).
M Wafid menyatakan, berdasarkan peta prakiraan bencana pergerakan tanah yang dirilis Badan Geologi, Kecamatan Rongga masuk zona yang berpotensi terjadi gerakan tanah menengah hingga tinggi. Pergerakan tanah dapat terjadi bila hujan mengguyur dengan intensitas tinggi.
"Artinya, daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi bencana gerakan tanah. Dalam zona ini, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Potensi gerakan tanah lama dapat aktif kembali," ujar M Wafid.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, tutur Plt Kepala Badan Geologi, terdapat sejumlah faktor yang diduga menjadi penyebab bencana pergerakan tanah. Pertama, lereng curam. Kedua, kondisi tanah labil, dan ketiga curah hujan tinggi mengguyur lokasi bencana.
"Bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir," tutur dia.
Karena saat ini curah hujan masih tinggi, Badan Geologi memberi 10 rekomendasi untuk warga dan instansi terkait:
1. Warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi untuk tetap waspada jika hujan berlangsung lama karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan. Masyarakat di sekitar lokasi bencana atau bahaya, sebaiknya diungsikan dulu ke tempat lebih aman.
2. Warga, aparat, dan tim bertugas evakuasi harus mengantisipasi potensi longsor susulan dan aliran bahan rombakan mengingat daerah tersebut masih rawan. Material longsoran di kaki gunung masih banyak terutama jika turun hujan.
3. Apabila gerakan tanah terus berkembang, maka bangunan yang rusak dan terancam di daerah tersebut perlu direlokasi ke lokasi aman.
4. Saluran air permukaan segera dibenahi agar lebih kedap air dan mampu menampung air jika debit air meningkat saat hujan.
5. Tidak melakukan pengembangan pemukiman pada area terdampak pergerakan tanah.
6. Tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng, tidak mencetak kolam baru di area longsoran untuk mengurangi penjenuhan lereng dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan.
7. Jika muncul retakan di sekitar lereng tersebut agar segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan.
8. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah.
9. Masyarakat agar selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat dan BPBD.
10. Tim Tanggap Darurat Badan Geologi dari Tim kerja gerakan tanah akan dikirim ke lokasi bencana untuk menganalisis potensi longsor susulan.
Editor : Ude D Gunadi