Distribusi Apoteker di Indonesia Tak Merata, Lulusan STFI Didorong Mengabdi di Daerah Asal

Padahal, tutur Ketua STFI, daerah sangat membutuhkan apoteker. Persentase ketimpangan apoteker Indonesia, antara Jawa dan daerah lain, besar, lebih dari 40-60 persen. Di NTT dan Papua, satu provinsi hanya memiliki berapa apoteker. Sementara di Pulau Jawa, hampir setiap puskesmas punya apoteker.
"Masalahnya itu, selain biaya hidup, sallary, dan akses. Kalau sallary besar, tapi Anda di Papua, kan belum tentu mau, kecuali warga asli. Kami mendorong lulusan, kalau asli Papua, balik ke Papua. Asal NTT kembali ke NTT," tutur dia.
"Alhamdulillahnya, 80 persen (apoteker lulusan STFI) balik ke daerah, walapun ada 20 persen yang kerja di Bandung atau Jakarta. Apoteker sangat mudah diserap pasar kerja. Kami melihat dari waktu tunggu lulusan kami (STFI) tidak pernah lebih dari tiga bulan setelah itu habis, langsung kerja. Kalau apoteker waktu tunggu lulusan satu bulan, S1 tiga bulan," ucap Adang Firmansyah.
Ketua STFI menyatakan, hari ini STFI menggelar pengukuhan dan pengambilan sumpah profesi apoteker. Sabanyak 82 apoteker baru dikukuhkan. Gelombang berikutnya lebih banyak, 120 apoteker. "Kegiatan ini rutin setahun dua kali," ujar Ketua STFI.
Dalam kegiatan ini, tutur Adang, STFI mengundang tiga organisasi profesi, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Farmasi Indonesia Bersatu (FIB), dengan Persatuan Apoteker Sejahtera Indonesia (PASI). Tiga organisasi itu memiliki SK Kemenkumham.
Editor : Ude D Gunadi