BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Saat ini, seluruh sendi kehidupan diwarnai teknologi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang berkembang pesat. Apakah serta merta semua serba otomatis dikendalikan AI?
Benarkah sumber daya manusia (SDM) tidak dibutuhkan lagi karena AI mampu menghantarkan segalanya secara cemerlang?
Misal, teknologi Suno AI yang memungkinkan manusia menghasilkan lagu yang disusun dengan mendeskripsikan gaya dan memberikan masukan teks, sehingga orang awam bisa jadi pemusik.
Namun, musik yang dihasilkan Suno AI tidak memuat nuansa emosi khas manusia secara sempurna. Demikian pula dengan aplikasi AI penghasil video editor, penyulih suara, pelukis gambar, sampai ke robot programmer peranti lunak.
Seluruhnya bergerak cepat hanya bermodalkan request dari warganet namun tak seluruhnya menghasilkan karya tepat selaras hati publik.
Dengan kata lain, AI tak menempatkan SDM bertindak pencipta dan pengembang AI, tapi lebih dari itu. Jika ingin lebih menyentuh sisi afektif, manusia juga bertindak sebagai pengawas dan pengarah yang memastikan AI berjalan seusai keinginan dan kreativitas pengguna.
Dengan emosi dan landasan etik, AI bisa terus dikembangkan secara bermanfaat sekaligus bertanggungjawab.
Berikut beberapa peran kunci keberadaan manusia di balik perkembangan AI yang akan selalu dibutuhkan perusahaan:
a. Researcher dan Data Scientist (Peran peneliti dan ilmuwan data sangat penting, mereka penggerak utama di balik penelitian dasar dan terapan yang memungkinkan kemajuan AI. Mereka berperan menemukan algoritma baru dan meningkatkan teknik AI yang sudah ada. Sementara ilmuwan data melakukan analisis data, membangun model prediktif, dan menerapkan teknik pembelajaran mesin untuk memecahkan masalah nyata).
b. Engineer dan Developer (kedua insinyur AI mengimplementasikan algoritma serta model AI ke sistem perangkat lunak yang aplikatif. Sedang developer atau pengembang perangkat lunak akan bekerjasama dengan insinyur untuk memastikan bahwa perangkat lunak yang dikembangkan dapat berjalan efektif dan efisien).
c. Designer dan Programmer (para ilmuwan komputer, insinyur, dan ahli data memainkan peran penting dalam merancang dan memprogram sistem AI. Mereka menulis kode, mengembangkan arsitektur jaringan saraf, dan memastikan sistem AI dapat berjalan oke).
Selain itu, sebetulnya masih banyak lagi job role lain yang menentukan kesuksesan produk dan layanan digital berbasis AI. Seperti, System Designer, AI Architect, Spesialis Etika, dan Regulasi AI, hingga pemimpin bisnis.
Telkom Accelerate AI for the Nation
Berpuluh tahun, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa layanan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) serta jaringan telekomunikasi.
Sejak empat tahun silam, Telkom telah bertransformasi menjadi Digital Telecommunication Company, yang mengembangkan berbagai produk dan layanan digital termasuk AI.
Terlebih dengan pesatnya perkembangan AI, Indonesia memiliki potensi mengembangkan berbagai solusi digital untuk membenahi berbagai tantangan yang hadir. Solusi digital tersebut telah PT Telkom hadirkan dalam tiga kelompok besar layanan yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital services.
EVP Digital Business & Technology Telkom Komang Budi Aryasa mengatakan, Telkom sudah memanfaatkan AI selama beberapa tahun terakhir dengan dua penggunaan mayor.
“Yang pertama bagaimana memanfaatkan AI untuk meningkatkan pengalaman pelanggan pada bisnis eksisting Telkom. Yang kedua, menawarkan layanan digital berbasis AI seperti BigBox yang menghadirkan big data dan solusi AI yang bisa dipakai di seluruh industri, bahkan institusi pemerintahan,” kata Budi Aryasa.
Akhirnya, ujar Budi, harapan kedaulatan digital termasuk dalam bidang AI bukanlah angan semata. Upaya Telkom yang telah dan sedang hadirkan talenta digital untuk mengakselerasi pengembangan teknologi AI adalah sepenuhnya demi kemajuan bangsa. "Kecanggihan kehidupan mutakhir tak otomatis menghilangkan SDM," ujar Budi.
Editor : Ude D Gunadi