"Jumlah sampah di Telkom University setiap harinya mencapai enam ton, tiga ton dari sampah daun, karena kami berada di kawasan seluas 50 hektar, tiga ton lagi sampah yang lainnya," kata Prof. Adiwijaya.
Lanjutnya sampah tersebut diolah, di antaranya menggunakan teknologi incinerator yang terus diperbaharui.
"Sehingga tidak hanya menggunakan bahan bakar fosil, tetapi sekarang residu sudah bisa menjadi pupuk dan manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat. Jadi kami sudah lima tahun tidak ada sampah yang ke luar dari Telkom University," pungkasnya.
Strategi Mengelola Perguruan Tinggi Berkualitas untuk Masa Depan Anak Bangsa. Berkenaan dengan mengelola perguruan tinggi yang berkualitas, Kepala LLDIKTI Wilayah IV Jabar dan Banten, Samsuri menjelaskan mengenai standar pendidikan tinggi.
Di antaranya harus benar-benar melakukan pemenuhan Standar Penjaminan Mutu Internal (SPMI), SPMI. Tujuannya tidak lain untuk menjamin pemenuhan atau pelampauan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN Dikti).
Hal itu nantinya ada korelasinya dengan Standar Penjaminan Mutu Eksternal (SPME), yang merupakan kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan perguruan tinggi dan program studi. SPME umum dikenal dengan istilah akreditasi yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Dijelaskan Samsuri, bahwa budaya mutu itu merujuk kepada pola pikir, pola sikap, pola perilaku berdasarkan standar Dikti.
LLDIKTI Wilayah IV, dalam meningkatkan standar mutu pendidikan tinggi, memberikan beberapa terobosan di antaranya melalui pendampingan akreditasi dan LAM, coaching clinic, sharing session, dan pemberian rekomendasi.
Dari data yang ditampilkan Samsuri, mutu perguruan tinggi di Jabar Banten, per Oktober 2024, meningkat. Jumlah perguruan tinggi yang memiliki akreditasi unggul/A pada tahun 2022 berjumlah tujuh pada tahun 2024 menjadi sembilan, yang terakreditasi dari 290 menjadi 387 dan yang belum terakreditasi menurun dari 158, sisa 33 perguruan tinggi.
Lanjutnya kemajuan sebuah perguruan tinggi pun tidak terlepas dari peran pimpinannya, yakni sebagai pimpinan lembaga akademik, sebagai komunikator menyuarakan institusi, sebagai birokrat menata kelola institusi, sebagai politisi membangun reputasi institusi, sebagai brand marketer institusi menggalang dukungan stakeholder, membangun aliansi ke dalam, dan sebagai specific culture leader.
Di samping itu LLDIKTI Wilayah IV pun terus mendorong agar perguruan tinggi di Jabar Banten, harus membuat tim tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (PPKS). (*)
Editor : Abdul Basir