BANDUNG BARAT,iNews BandungRaya.id - Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LP3A) Kabupaten Bandung Barat (KBB) menggelar parenting skill, Sabtu (16/11/2024).
Kegiatan Parenting Skill Sekolah Ramah Anak bertema "Guru Sebagai Teman dan Sahabat" ini dihadiri para peserta guru PAUD, kader PKK dan tokoh masyarakat, di Aula Desa Galanggang, Kecamatan Batujajar.
Ketua LP3A KBB, Andri Mochamad Saftari mengatakan, kegiatan Parenting Skill Sekolah Ramah Anak ini didasari dari masih banyaknya kasus bullying di sekolah, termasuk di KBB.
"Kekerasan dan bullying oleh oknum guru atau siswa di KBB masih ada dan itu mengundang keprihatinan dari semua pihak. Makanya perlu untuk memberikan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat," ucapnya saat ditemui usai kegiatan.
Menurutnya kasus kekerasan yang terjadi di sekolah seperti bullying, perundungan, dan kekerasan fisik lainnya hingga kini masih terus terjadi ibarat fenomena gunung es.
Bahkan bisa saja kasusnya lebih banyak lagi dibandingkan dengan yang muncul di permukaan atau dilaporkan ke Dinas Pendidikan.
LP3A KBB siap untuk menjalankan tugas pengawasan guna mewujudkan kampanye sekolah ramah anak dalam mewujudkan generasi unggul. Mengingat sekolah haruslah menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi murid.
Oleh karenanya, ketika kasus kekerasan masih marak terjadi di sekolah, ini menjadi pertanyaan semua pihak. Mengapa bisa terjadi, apakah kurangnya pembinaan dan pengawasan dari Pemda KBB atau karena faktor lainnya.
Menyikapi fenomena kekerasan di sekolah yang terjadi, penting bagi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk melakukan pengawasan kepada sekolah secara terpadu.
Tidak cukup hanya sekadar dengan imbauan atau aturan tertulis di atas kertas.
"lmbauan tidak cukup, semua harus turun, lakukan monitoring dan edukasi secara kontinyu agar menutup ruang gerak potensi timbulnya kekerasan di sekolah," ujar pria yang akrab disapa Kang Ahmad ini.
Dirinya mencontohkan adanya kasus kekerasan dan bullying sesama murid di salah satu sekolah negeri di KBB, padahal itu sekolah unggulan dan berprestasi. Artinya tidak jaminan ketika sekolah bagus dan berprestasi terhindar dari kasus bullying.
Sekolah dengan segudang prestasi kalau ditemukan tindakan kekerasan dilakukan oleh oknum guru atau sesama murid, maka harus dipertanyakan komitmen dari sekolah tersebut.
Sebab guru harus menghadirkan rasa tenang, senang dan gembira bagi orang tua, siswa maupun guru.
"Kami tentunya siap berkolaborasi dengan Pemda KBB melakukan monitoring untuk mewujudkan sekolah ramah anak demi mewujudkan generasi emas," pungkasnya. (*)
Editor : Rizki Maulana