get app
inews
Aa Text
Read Next : Dari Dapur Gizi Hingga Relawan, Begini Kunci Sukses Program Makan Bergizi Gratis yang Tuai Pujian

Kolaborasi ITB dan Unmul, Warga IKN Belajar Olah Herbal dan Cegah Stunting

Minggu, 05 Oktober 2025 | 08:09 WIB
header img
ITB dan Universitas Mulawarman berkolaborasi memperkuat edukasi kader kesehatan di wilayah IKN Nusantara. Foto: Ist.

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Sekolah Farmasi menggandeng Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman (Unmul) untuk memperkuat kapasitas dan edukasi kader kesehatan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, wilayah yang menjadi lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Kolaborasi ini diwujudkan melalui program pengabdian masyarakat bertajuk “Peningkatan Keahlian Kader Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara melalui Edukasi Keamanan Pangan dan Penggunaan Obat Tradisional untuk Menunjang Ibu Kota Negara”, yang digelar di Balai Desa Argomulyo, Kecamatan Sepaku, Sabtu (4/10/2025).

Sebanyak 50 kader kesehatan dari berbagai desa sekitar Sepaku mengikuti pelatihan tersebut. Sebelum pelatihan dimulai, tim pengabdian melakukan survei awal untuk memetakan tingkat pemahaman masyarakat terkait keamanan pangan dan pemanfaatan obat herbal.

Kegiatan dibuka oleh Kepala Desa Argomulyo, Sukesi, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala UPTD Puskesmas Sepaku Tiga, Setyaji, S.KM., M.Kes. Ia menilai, edukasi ini menjadi langkah penting seiring dengan pembangunan IKN dan pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Program ini sangat relevan dengan situasi saat ini. Edukasi keamanan pangan dan obat tradisional dibutuhkan agar masyarakat lebih siap menyambut pembangunan IKN,” ujar Setyaji.

Rangkaian kegiatan meliputi penyampaian materi, lokakarya pemanfaatan obat tradisional aman dan efektif, serta diskusi keamanan pangan rumah tangga. Peserta juga menerima buku “Kader Kesehatan Mitra Apoteker” sebagai panduan praktik di lapangan.

Ketua tim pengabdian Sekolah Farmasi ITB, Prof. Dr.rer.nat. apt. Sophi Damayanti, M.Si., menegaskan bahwa ketahanan pangan keluarga tidak hanya menyangkut ketersediaan bahan makanan, tetapi juga proses pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi yang aman.

“Ketahanan pangan keluarga bukan sekadar soal ketersediaan, tapi juga cara pengolahan dan penyimpanan yang aman. Kontaminasi pangan bisa memperburuk status gizi anak,” jelasnya.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional hanya turun 0,8 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan di Kecamatan Sepaku, 1 dari 4 anak masih mengalami stunting. Karena itu, Sophi menekankan pentingnya pemanfaatan tanaman herbal lokal seperti kelor, temulawak, dan kunyit untuk memperbaiki gizi dan imunitas anak.

Senada, Apt. Defri Rizaldy, Ph.D., menambahkan bahwa sumber daya alam Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan pangan fungsional dan obat tradisional.

“Daun katuk misalnya, kaya protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk menunjang kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Dari pihak Universitas Mulawarman, Dr. apt. Gayuk Kalih Prasesti menilai kegiatan ini sejalan dengan upaya percepatan penurunan stunting di Kalimantan Timur melalui program Seleksi Dampingan Aksi (SIDAK).

“Kalimantan Timur memiliki potensi besar bahan herbal, tetapi industrinya masih minim. Edukasi seperti ini penting untuk mendorong pemanfaatan sumber daya lokal,” katanya.

Program pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Sekolah Farmasi ITB sejak 2018, yang telah melatih kader kesehatan di lima daerah di Indonesia. ITB berharap, sinergi lintas universitas ini dapat memperluas jangkauan edukasi hingga seluruh Nusantara, sekaligus mendukung target Sustainable Development Goals (SDGs) pada bidang kesehatan, pendidikan, dan kemitraan pembangunan.

Editor : Rizal Fadillah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut