Seminar Nasional Antropologi Budaya di ISBI Bandung, Pasar Pembentuk Wajah Budaya Indonesia
"Kegiatan ini menjadi fondasi penting bagi penggalian perspektif yang mencakup dinamika keberagaman etnik, perwujudan budaya lokal dalam praktik perdagangan, dan segmentasi pelaku pasar dalam ekosistem sosial yang terus berkembang," kata Winna.
Winna menyatakan, seminar ini diharapkan mampu memperluas kajian antropologi budaya di Indonesia, sekaligus membuka peluang kolaborasi lintas disiplin yang relevan dengan pengembangan pasar tradisional sebagai ruang budaya yang hidup.
"Kegiatan ini juga merupakan bentuk partisipasi dalam merayakan kekayaan budaya yang hidup melalui dinamika pasar tradisional di Indonesia," ujarnya.
Diskusi pada Kamis (20/11/2025), dipandu oleh dua moderator berpengalaman, yaitu, Dra Sriati Dwiatmini MHum dan Dadi Suhanda MAnt. Sedangkan pengantar Seminar Nasional 2025 disampaikan oleh Prof Dr Sri Rustiyanti SSen SSn MSn.
Dalam forum ilmiah itu, para narasumber mengupas tentang pasar tradisional tidak hanya berfungsi sebagai pusat aktivitas ekonomi, tetapi juga sebagai arena interaksi sosial dan ekspresi budaya masyarakat.
Rangkaian gagasan, pembahasan, dan pemikiran yang muncul dalam seminar ini juga dihimpun dalam sebuah book chapter berjudul "Pasar-pasar di
Indonesia: Dua Abad Lebih, Napak Tilas, Debat Perkara Pasar".
Hal itu merupakan bentuk kontribusi akademik Prodi Antropologi ISBI Bandung untuk menelusuri sejarah
panjang pasar dan posisinya dalam perdebatan intelektual global.
Malika Nasya, peserta seminar, membagikan hasil pembelajarannya hari ini. "Pasar bukan hanya sebagai tempat perbelanjaan, namun juga wadah terbentuknya dinamika interaksi sosial antara penjual dan pembeli, maupun sumber mata pencaharian masyarakat dengan adat daerahnya masing-masing," kata Malika.
Editor : Agus Warsudi