get app
inews
Aa Text
Read Next : NuArt Gelar Family Art Month 2025 "Dream and Stories", Ajak Anak Eksplorasi Mimpi dan Imajinasi

Love Letter from Bali Meriahkan Perayaan 50 Tahun Maestro Nyoman Nuarta Berkarya

Minggu, 07 Desember 2025 | 19:58 WIB
header img
Sendratari yang dibawakan seniman dari sanggar seni Pemkab Tabanan memukau pengunjung acara Love Letter from Bali di NuArt Sculpture Park. (FOTO: AGUS WARSUDI)

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Perayaan 50 tahun maestro patung I Nyoman Nuarta berkarya sangat meriah di NuArt Sculpture Park, Jalan Setra Duta Raya, Kota Bandung. Acara bertajuk Love Letter from Bali itu digelar dua hari, Sabtu-Minggu (6-7/2025).

Kegiatan dimeriahkan dengan kesenian dari Jawa Barat dan Bali. Selain itu, panitia juga menyediakan tenant-tenant jajanan khas Sunda dan Bali. Untuk menikmati sajian itu, pengunjung hanya membayar tiket Rp10.000.

Puncak acara Baleganjur berlangsung meriah. Sajian kesenian sisingaan dan babarongan khas Jawa Barat menghibur pengunjung. Seusai pertunjukan itu, pengunjung semakin terpukau oleh penampilan kesenian khas Bali,

NuArt mengundang duta seni dari Kabupaten Tabanana, Bali. Sebanyak 50 seniman dari Sangar Seni Pemkab Tabanan. Mereka menyuguhkan sendratari tentang kehidupan masyarakat tani di Tabanan yang memukau pengunjung.

Sapce Director pada NuArt Sculpture Anya Madiadipoera mengatakan, acara Love Letter from Bali ini adalah sebuah program NuArt Sculpture Park yang bertujuan menjadi jendela budaya. 

"Kami memulai program ini tahun lalu. Tahun ini kami menyuguhkan adat budaya Bali dan Sunda. Nanti ke depan, Love Letter bisa mengambil budaya lain. Misalnya, Borneo (Kalimantan), NTT (Nusa Tenggara Timur), dari mana pun," kata Anya yang merupakan putri kandung maestro Nyoman Nuarta. 

Intinya, ujar Anya, Love Letter adalah sebuah surat cinta dari budaya-budaya Nusantara. "NuArt menyediakan tempat bagi orang untuk mengintip (melihat) semua itu," ujar Anya.

Dia menuturkan, tentu berbeda jika datang langsung ke tempat ada dan budaya itu berasal, seperti Bali. Tetapi, pengalaman menikmati budaya Bali bisa menggelitik pengunjung untuk tahu lebih jauh.

"Saya sisipkan sedikit supaya menimbulkan rasa tergelitik. Jadi ingin tahu lebih. Sebetulnya itu sih," tuturnya.


Sang maestro I Nyoman Nuarta (mengenakan kemeja safari abu tua dan ikat kepala khas Bali) menyaksikan pentas seni di acara Love Letter from Bali. (FOTO: AGUS WARSUDI)

Dengan tiket seharga Rp10.000, kata Anya, pengunjung dapat menikmati seni patung karya sang maestro Nyoman Nuarta yang terdapat di NuArt Sculpture Parta. Selain itu, panitia menyediakan banyak performance seni dan workshop. 

"Selain workshop, kami bekerja sama dengan beberapa komunitas. Salah satunya ada saling silang, mereka bertukar baju. Lalu, komunitas yang mengelola minyak jelantah untuk ditukarkan menjadi uang," ucap Anya.

Jadi, dengan tiket Rp10.000, ujar dia, pengunjung mendapatkan pengalaman luar biasa. Yaitu, bisa merasakan budaya, yang untuk hari ini dari Bali.

Ditanya tentang peringatan 50 tahun maestro Nyoman Nuarta berkarya, Anya menjelaskan, Love Letter from Bali merupakan sebuah rangkaian. Dimulai dengan cerita masa kecil Nyoman Nuarta di Tabanan, Bali.

Kemudian berkembang terus sampai dewasa dan menjadi seperti sekarang sebagai mastro seni patung. Jadi ini adalah sebuah program kecil, yang akan berlangsung sampai tahun depan. 

"Mudah-mudahan. Saya masih belum bisa mengatakan kapan gongnya, tepatnya di mana perayaan 50 tahun itu akan dilaksanakan. Tapi intinya, sedikit-sedikit akan terkuak nanti program utamanya seperti apa," ujar Anya. 

Saat ini, NuArt tengah membangun gedung baru yang diperkirakan selesai tahun depan. Puncak perayaan 50 tahun Nyoman Nuarta berkarya akan digelar di gedung baru yang lebih spektakuler. 

Disinggung tentang program NuArt dalam memberikan edukasi tentang seni rupa kepada masyarakat, Anya mengatakan, edukasi yang diberikan tetap sama, hanya pengemasan berbeda.

"Yang sedang kami coba olah sekarang adalah lebih kontemporer. Supaya lebih mudah diterima oleh anak-anak generasi sekarang. Karena kadang kalau terlalu tradisi, anak-anak muda zaman sekarang itu rasanya terlalu jauh gapnya," ujarnya.

"Jadi salah satu alasan mengapa saya memilih Jenana Kolektif dari Bali, karena anak-anak ini bisa membungkus sebuah budaya tradisi menjadi kontemporer. Jadi lebih nyaman untuk anak-anak generasi sekarang," tandas Anya.

Editor : Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut