“Salah satu kontruksi yang mudah diaplikasikan di kondisi gempa seperti ini adalah dengan kayu. Kemudian dikombinasikan dengan papan atau multipleks. Selain itu, material seperti ini memiliki manfaat lebih lama. Ketika puskesmas permanennya sudah jadi maka bangunan ini bisa dialih-fungsikan menjadi yang lain,” kata Andry, dalam kegiatan peresmian Puskesmas Cugenang, Selasa (7/2/2023).
Bangunan puskesmas ini memiliki luas 10 m x 12 m, sehingga cukup untuk menampung berbagai kegiatan puskesmas. Seperti, persalinan, pelayanan ibu hamil, bayi, balita, lansia, berobat umum, termasuk ruang IGD dan juga laboraturium.
Andry yang juga mewakili Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITB menambahkan, Puskesmas merupakan objek vital di lokasi gempa karena menjadi jantung layanan bagi warga yang membutuhkan untuk berobat. Pertimbangan bangunan ramah gempa disambut antusias warga yang hendak berobat, alasan itu juga yang membuat pihaknya membuat sebuah struktur yang relatif ringan tapi kuat.
"Jadi kita juga ingin menghadirkan sebuah arsitektur yang lebih fungsional tapi juga memiliki estetika yang lebih bagus. Teknologi seperti ini sudah kami aplikasikan di Lombok, Palu, dan Mamuju. Namun untuk yang bentuknya puskesmas baru pertama kali ini di Cugenang. Puskesmas ini kerjasama antara LPPM ITB, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB dan juga Rumah Amal Salman," tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy mengatakan, keberadaan puskesmas semi permanen yang dibangun Rumah Amal Salman dan para arsitek ini sangat berimbas kepada kenyamanan warga Cugenang untuk berobat.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait