Dalam disertasi yang ditulis oleh Ridwan lubis dalam disertasi yang dipertahankan pada ujian promosi pada tanggal 14 Juli 1987 di Fakultas Pasca Sarjana IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pidato dan tulisan Soekarno tentang Islam: 46 kali (10,75%). Nasionalisme: 355 kali (82,94%) dan Marxisme: 27 kali (6,31%), luar biasa konsistensi Bung Karno dalam membangun konsepsi.
Bung Karno adalah Proklamator, Presiden Republik Indonesia Pertama, Penggagas Pancasila yang kemudian ditawarkan kepada dunia melalui pidatonya di PBB pada tanggal 30 September 1960 dengan judul to build the world a new. Banyak hal yang bisa dieksplorasi dari berbagai macam konsepsi Bung Karno yang sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Kesadaran berbangsa dan bernegara perlu melihat potensi yang dimiliki berdasar pada geografi politik yang ada, gagasan Bung Karno sebangun dengan alur pikir seperti Napoleon pernah mengatakan bahwa, politik negara berada dalam geografinya.
Senada dengan Bismarck berpendapat, hanya satu hal yang tidak pernah berubah dalam politik-politk negara yaitu geografinya. Sementara seorang pemikir dasar geopolitik dan geostrategic modern Spykman berpendapat, bila para diktaktor berlalu gunung-gununglah yang selalu berada di tempat yang sama.
Dalam perspektif geopolitik menjadi relevan Jika melihat resources yang dimiliki bangsa Indonesia akan menjadi negara yang besar dan bersaing dengan negara maju lainnya. Indonesia memiliki dua modal utama. Pertama, potensi bonus demografi. Kedua, Sumber Daya Alam yang melimpah.
Pada tahun 2045 Indonesia genap memasuki usia 100 tahun. Perubahan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari. Seperti diketahui, perubahan dunia datang setiap seratus tahun sekali. Pada tahun 1700-an ditemukan mesin uap oleh James Watt, kemudian ditemukan listrik oleh Michael Faraday dan lampu listrik oleh Thomas Alva Edison tahun 1800-an.
Lalu komputer ditemukan bersama internet pada tahun 1900-an. Dan saat ini perubahan dunia kembali datang Revolusi 4.0 dengan bertumpu ada kecerdasan buatan, kecepatan internet dan pengelolaan big data.
Itulah ‘signal’ global yang sesungguhnya dalam kontek pikiran-pikiran Soekarno sudah dituangkan dalam berbagai macam tulisannya. Dalam kontek mengimbangi dan mengikuti ‘irama’ global maka perlu didorong investasi pada pembangunan Sumber Daya Manusia termasuk di dalamnya riset dan teknologi. Sumber Daya Manusia perlu terlebih dahulu melihat faktor pendidikan dan kesehatan karena kedua hal tersebut adalah faktor penting menuju Indonesia Emas 2045, 100 Tahun Indonesia merdeka. Sehingga, pendidikan dan kesehatan adalah penopang utama bagi kemajuan sebuah bangsa.
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait