Berdasarkan data deformasi memperlihatkan bahwa tubuh gunung api mengalami inflasi dengan sumber tekanan berlokasi dangkal, yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunung api ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.
Sedangkan untuk Emisi SO2 dan anomali thermal relatif mengalami penurunan sejak Januari 2024.
"Potensi bahaya dari meningkatnya tekanan dan perubahan karakteristik erupsi Gunung Semeru ini adalah terjadinya peningkatan gempa guguran yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya letusan dan awan panas guguran Gunung Semeru.
"Mengingat kegiatan Gunung Api Semeru masih tinggi serta masih berpotensi terjadinya awan panas guguran dan aliran lava," ujarnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait