Imam Al Ghazali menulis satu bab tentang keajaiban rohani dan jiwa manusia. Jiwa itu ada akal, pikiran, rohani. Kalau melihat dari sudut rohani itu sangat luar biasa.
Menurut Gus Ulil, saat ini, ada paham tentang enviromentalism atau lingkunganisme. Environmentalisme sebuah filsafat atau paham tentang mencintai lingkungan.
Paham ini menjadi landasan aktivis lingkungan seperti Greenpeace dalam memadang penyebab kerusakan lingkungan. Mereka menilai, salah satu sumber kerusakan lingkungan adalah agama semitik, seperti Islam, Kristen, dan Yahudi.
Mereka mengkritik agama semitik yang menempatkan manusia sebagai sentral peradaban. Dalam kitab-kitab sucinya mengajarkan manusia untuk mengeksploitasi alam.
"Pandangan ini menurut saya keliru, kurang pas. Dari sudut pandang filsafat lingkungan, mereka mengatakan bahwa lingkungan merupakan ekosistem. Manusia adalah bagian unsur dari ekosistem tersebut dan dia tidak punya kedudukan istimewa," ujar dia.
Karena itu, tutur Gus Ulil, para aktivis lingkungan yang berpaham environtmentalism tidak setuju dengan ajaran agama yang menempatkan sebagai posisi sentral di Bumi. Sementara Islam menempatkan manusia pada posisi penting di muka Bumi.
Karena itu, manusia memiliki tanggung jawab. Allah menundukkan segala sesuatu di langit dan di Bumi untuk manusia, bukan untuk dieksploitasi tanpa batas. Dalam Alquran, Surat Al-Qashash Ayat 77 menyebutkan, "Maka tuntutlah segala yang ada di muka Bumi dengan tujuan untuk akhirat."
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait