Ia menyebutkan bahwa kegiatan study tour dapat tetap dilakukan, asal tidak bersifat memaksa dan tidak memengaruhi penilaian akademik siswa. Sekolah juga diminta bijak dalam menentukan kegiatan luar kelas agar tidak menimbulkan tekanan bagi orang tua yang kurang mampu secara finansial.
“Jangan sampai study tour ini dimasukkan ke dalam nilai akademik. Walaupun dilaksanakan, jangan sampai ada pemaksaan atau edaran yang mewajibkan hal itu. Karena kita tahu, tidak semua orang tua siswa itu mampu,” lanjutnya.
Sebagai alternatif, Erwin mengusulkan agar istilah study tour dapat diganti dengan kegiatan edukatif lain yang lebih terjangkau, tanpa mengurangi makna pembelajaran di luar kelas.
“Kita selaku pemimpin tentunya harus bijaksana, bijaksini. Saya tidak terlepas apapun juga, yang pasti walaupun mereka mau piknik, mau apa, silakan saja. Tapi jangan dikaitkan dengan nilai akademik atau pelajaran,” tambahnya.
Di sisi lain, ia juga menyambut baik maraknya kunjungan sekolah dari luar daerah ke Bandung. Menurutnya, hal ini merupakan bukti bahwa Kota Bandung memiliki daya tarik wisata edukatif yang kuat.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait