Ia menambahkan bahwa upaya juga dilakukan untuk memastikan ikan aman dikonsumsi dan untuk meminimalkan dampak lingkungan dari limbah pakan.
Pertemuan yang digagas oleh USSEC Indonesia bersama GPMT, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini diberi nama Aquaculture Innovation Forum and Expo.
Deny menyebut bahwa potensi akuakultur di Jabar sangat besar. Waduk-waduk besar seperti Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menjadi pusat budidaya di perairan umum, sementara banyak pula budidaya di tambak darat. Komoditas yang banyak dibudidayakan antara lain nila, lele, gurame, dan ikan mas.
Meskipun kebutuhan perikanan saat ini dinilai cukup, Deny menekankan perlunya pengembangan kualitas dan efisiensi agar produk akuakultur Indonesia, khususnya Jawa Barat, bisa bersaing di pasar ekspor.
“Nah, yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana budidaya di pelayanan umum yang lebih lama lingkungan dan sebagainya, itu yang akan terus dikembangkan ataupun juga ide-ide dengan mahasiswa. Saya nggak tahu teman-teman mahasiswa punya ide-ide yang bisa men-influence dan dari dalam negeri,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Perwakilan USSEC Indonesia, Pamudi menjelaskan bahwa acara ini dirancang untuk menjembatani sinergi antara pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi, atau yang sering disebut tiga helix.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait
