"Tenaga kerja Indonesia itu tidak begitu mudah pindah kerja, loyalitasnya tinggi. Kedua, kita (orang Indonesia) dikenal suka melayani dan ramah sama orang tua. Itu mereka tekankan sekali dan itu tidak dimiliki semua bangsa," ujar Samuel didampingi Ketua Aljerin Benny Sutrisno.
Marketing Director Deutschlandtara (Deutschland/Jerman-Nusantara) Fitri Afifah Azhari mengatakan, kondisi di Jerman ini bak gayung bersambut dengan situasi di Jawa Barat dan Indonesia umumnya.
Diketahui, Jawa Barat mencetak ribuan lulusan perawat setiap tahun. Namun tidak semua terserap oleh pasar kerja domestik.
Karena itu, Deutschlandtara bekerja sama dengan DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Barat untuk menjembatani kesenjangan itu.
"Lulusan perawat (di Jabar) itu besar banget per tahun, bisa puluhan ribu. Kami bekerja sama dengan DPW PPNI Jabar untuk menyalurkan potensi ini," kata Fitri.
Fitri menyatakan, Deutschlandtara tidak sembarangan dalam merekrut perawat yang akan diberangkatkan bekerja di Jerman. Kandidat harus lulus tes awal mulai dari interview, healthcare dalam bahasa Inggris, hingga psikotes.
"Kunci utama untuk bisa bekerja di Jerman bukan hanya kemampuan medis, tetapi juga penguasaan bahasa. Tanpa bahasa, biar pun pintar ilmu keperawatannya, tenaga kerja tidak akan bisa bekerja di Jerman," ujar Fitri.
Untuk menjawab tantangan tersebut, tutur dia, Deutschlandtara memfasilitasi pelatihan bahasa dari level nol hingga B2.
Untuk program perawat, seluruh biaya penempatan mulai dari tiket pesawat, visa, hingga dokumen ditanggung alias gratis.
"Sebenarnya gratis. Cuma memang kami mengenakan komitmen fee sebagai tanda keseriusan kandidat agar tidak berhenti di tengah jalan. Uang itu akan kami kembalikan utuh ketika dia siap berangkat dan lulus ujian B1," tuturnya.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait
