BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan terus bertahan di papan atas bakal calon presiden (capres) menjelang Pilprs 2024. Posisi mereka di tiga besar elektabilitas tak tergoyahkan.
Hal itu terungkap dalam hasil survei terbaru yang dirilis Lembaga Survei Nasional (LSN), Jumat (16/12/2022). Salah satu temuan LSN yang menarik dari survei kali ini adalah trend konservatif dinamika elektabilitas para bakal capres. Sejak survei pertama LSN setahun lalu, praktis tidak ada perubahan progresif.
"Persaingan menuju 2024, baik di papan survei maupun dalam realitas politik, telah mengerucut pada tiga nama tersebut. Praktis tidak ada ancaman berarti dari tokoh-tokoh papan tengah apalagi papan bawah," kata Peneliti Senior LSN, Gema Nusantara Bakry dalam keterangannya.
Kendati demikian, kata Gema, berdasarkan analisis LSN dengan berpijak pada hasil survei kali ini yang dilengkapi dengan riset kualitatif dan media monitoring, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko bisa menjadi satu-satunya capres papan tengah yang berpotensi mengancam hegemoni tiga capres papan atas.
Pada survei LSN Januari 2022, elektabilitas Moeldoko baru mencapai 2,4% dan berada di posisi ke-9. Pada survei kali ini elektabilitas Moeldoko melesat menjadi 4,1% dan berhasil tembus 5 besar dalam papan survei.
"Pada saat yang sama beberapa tokoh papan tengah dan bawah seperti Ridwan Kamil, Andika Perkasa, Erick Thohir, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurty Yudhoyono (AHY) elektabilitasnya stagnant, bahkan cenderung menurun," ujar Gema.
Oleh karena itu, Moeldoko nampak paling moncer dan mengalami progres paling signifikan di tengah stagnasi elektabilitas capres-capres papan tengah dan papan bawah. Apabila trend pertumbuhan elektabilitas Moeldoko tersebut bisa terus diakselerasi dan ada partai politik yang berani mendeklarasikannya sebagai capres, bukan tak mungkin mantan Panglima TNI di era SBY itu bisa menjadi kuda hitam yang mengejutkan pada Pilpres 2024 nanti.
Menurut Gema, perkembangan tingkat elektabilitas capres dalam survei LSN kali ini dapat dibagi dalam tiga kluster. Pertama, kluster capres papan atas yang terdiri dari Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Siapa yang terbaik dari ketiga tokoh ini secara metodologi belum bisa ditentukan, mengingat selisih elektabilitas diantara mereka sangat tipis (di bawah margin of error).
"Tingkat elektabilitas masing-masing berkisar antara 20% hingga 25% dan terpaut jauh dengan elektabilitas capres-capres di bawahnya," jelas Gema.
Kedua, kluster capres papan tengah yang terdiri dari beberapa tokoh yang memiliki elektabilitas antara 2% hingga 8%. Mereka yang termasuk dalam kluster ini adalah Ridwan Kamil (7,3%), Moeldoko (4,1%), Andika Perkasa (2,7%), Sandiaga Uno (2,5%), AHY (2,4%), dan Erick Thohir (2,0%).
"Para capres dalam kluster ini kendati elektabilitasnya sebagai capres belum signifikan namun hampir semuanya dalam penilaian responden layak menjadi calon wakil presiden (cawapres)" ungkap Gema.
Ketiga, kluster capres papan bawah yang terdiri dari para tokoh yang tingkat elektabilitasnya tidak pernah melewati angka 2%. Mereka yang termasuk dalam kluster ini adalah Puan Maharani (1,7%), Airlangga Hartarto (0,9%) dan Muhaimin Iskandar (0,4%). Ketiga tokoh ini selain elektabilitasnya sebagai capres rendah, juga tidak dinominasikan publik sebagai cawapres.
"Setiap capres papan atas apabila dibuat simulasi berpasangan dengan Puan, Airlangga maupun Muhaimin tingkat keterpilihannya menurun," bebernya.
Dari sejumlah nama dalam kluster papan tengah, selain Moeldoko sebenarnya ada nama Ridwan Kamil (RK) yang juga berpotensi menyodok ke papan atas dalam sisa waktu 14 bulan jelang Pilpres 2024. Namun peluang Gubernur Jawa Barat itu jauh lebih besar apabila menjadi cawapres.
Dikatakan Gema, ketika LSN membuat simulasi pasangan dalam survei kali ini, diposisikan sebagai cawapres siapapun RK meraih elektabilitas tertinggi.
"RK sendiri nampaknya juga lebih nyaman memposisikan diri sebagai cawapres kendati elektabilitasnya sebagai capres sebenarnya masih mungkin didongkrak," tuturnya.
Selain perkembangan tingkat elektabilitas capres, survei LSN kali ini juga mengukur tingkat keterpilihan cawapres. Hasilnya, ada empat tokoh yang paling dinominasikan publik sebagai cawapres, yakni Ridwan Kamil (23,8%), Sandiaga Uno (18,7%), AHY (12,4%) dan Moeldoko (10,5%). Erick Thohir yang dalam survei-survei sebelumnya menjadi pilihan publik bersama RK dan Sandiaga, kali ini terlempar dari 4 besar.
Sebagaimana disebutkan di atas, lanjutnya, RK jika disimulasikan berpasangan dengan capres manapun (apakah Prabowo, Ganjar atau Anies) meraih elektabilitas tertinggi. Sandiaga juga memiliki tingkat keterpilihan tinggi jika dipasangkan dengan Ganjar maupun Prabowo. Sementara itu AHY hanya memiliki elektabilitas yang tinggi jika menjadi cawapresnya Anies. Sedangkan Moeldoko juga punya peluang keterpilihan cukup tinggi jika menjadi cawapresnya Ganjar.
Walaupun demikian sisa waktu 14 bulan jelang pelaksanaan Pemilu 2024 masih sangat mungkin terjadi kejutan munculnya kuda hitam, baik untuk capres maupun cawapres. Jelang Februari 2024, Moeldoko dan RK bisa saja menyodok ke papan atas meramaikan persaingan capres.
Sedangkan untuk posisi cawapres sangat terbuka munculnya nama baru yang tidak pernah mejeng di papan survei, seperti pernah terjadi pada Pilpres 2009 (Boediono) dan Pilpres 2019 (Ma’ruf Amin).
"Bahkan Jusuf Kalla pun ketika maju sebagai cawapres pada 2004 dan 2019 juga tidak masuk hitungan dalam rilis survei berbagai lembaga riset mainstream," tandasnya.
Sekadar informasi, survei LSN ini dilaksanakan pada tanggal 16 sampai 29 November 2022 di 34 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Populasi survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau belum 17 tahun tapi sudah menikah.
Total sampel sebesar 1.420 responden diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertahap (multi-state random sampling). Batas kesalahan (margin of error)+/- 2,6% dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95%.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan responden, dilaksanakan oleh tenaga terlatih di 34 provinsi dengan pedoman kuesioner.
Editor : Zhafran Pramoedya