BANDUNG BARAT,Inews Bandungraya.Id - Forum Penyelamat Lingkungan Hidup (FPLH) Jawa Barat berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB dan PT Aimtopindo Nuansa Kimia membangun instalasi biodigester di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Biodigester yang dibangun di Kampung Babakan Ampera, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, KBB ini bisa mengolah kotoran hewan (kohe) sapi menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. Apalagi di kampung tersebut banyak terdapat peternak sapi yang kotorannya bisa dimanfaatkan.
"Kohe (kotoran hewan) nantinya jadi bahan baku untuk diubah jadi sumber energi biogas dengan teknologi instalasi biodigester tersebut," kata R&D Manager PT Aimtopindo Nuansa Kimia Hilman Hilmawan di Lembang, Kamis 9 November 2023.
Menurutnya pembangunan biodigester di Lembang merupakan program CSR dan aspirasi dari LPPM ITB dan FPLH Jawa Barat. Ini adalah proyek kedua setelah sebelumnya mengembangkan mesin oven pengering untuk petani jeruk lemon di Desa Suntenjaya, Lembang, KBB.
Nantinya biodigester tersebut mampu menampung kohe sebanyak 375 kilogram per hari dari 25 ekor sapi milik para peternak. Asumsinya satu ekor sapi menghasilkan kotoran 15 kg per hari. Investasi untuk membangun biodigester itu mencapai sekitar Rp120 juta dan ditargetkan akhir bulan ini sudah bisa beroperasi.
"Kohe yang diproses akan menghasilkan biogas nantinya itu bisa dimanfaatkan untuk program budidaya magot kering juga sebagai pakan ikan dan burung. Kemudian sisa air limbah biogasnya bisa untuk pupuk tanaman indigovera dan rumput gajah yang nantinya bisa dipakai untuk pakan sapi," terangnya.
Ketua FPLH Jawa Barat Thio Setiowekti mengaku berterimakasih kepada LPPM ITB yang telah menghibahkan unit biodigester di Kampung Babakan Ampera, Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang. Sebabnya masalah pencemaran lingkungan dari limbah kohe sapi khususnya di Lembang hingga kini belum tertangani.
"Semoga sumbangsih dari para ilmuwan ITB ini berhasil dan bisa menjadi percontohan untuk pemerintah daerah dalam menyelamatkan lingkungan hidup," timpalnya.
Sementara anggota LPPM ITB Prof. Dr. Ir. Lienda A Handoyo, M.Eng, menjelaskan, rencananya energi dari limbah kohe tidak hanya dimanfaatkan untuk biogas, tapi juga untuk industri tahu yang ada di daerah tersebut. Sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomi warga.
"Jadi lingkungan tetap terjaga, menghasilkan energi yang dibutuhkan masyarakat, serta menjadi bernilai ekonomi karena biogas yang dihasilkan dari teknologi biodigester ini tidak berbau," ucapnya.
Dikatakannya, kelebihan dari teknologi ini hasil samping dari proses yang biasa disebut ampas digester bisa digunakan sebagai alternatif pupuk organik atau pakan budidaya magot yang kaya nutrisi. Instalasi ini baru sebagai prototipe, tapi kalau berjalan baik maka akan diperluas dan bisa saja bekerja sama dengan pemerintah daerah.
"Semoga keberadaan instalasi biodigester ini bisa mengurangi persoalan limbah kohe. Bagaimana pun juga persoalan ini termasuk urgent yang mesti ditangani demi menyelamatkan lingkungan," pungkasnya. (*)
Editor : Rizki Maulana