CIMAHI,Inews Bandungraya.Id - Generasi Z dan milenial memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan demokrasi di Indonesia, khususnya menyukseskan Pemilu 2024. Oleh karenanya mereka harus terlibat aktif dalam proses memilih figur pemimpin di legislatif ataupun eksekutif sesuai perspektif yang rasional.
"Pemilih di Pemilu tahun ini sekitar 205 juta dan 53,8% adalah milenial dan generasi Z. Artinya generasi muda punya peran sentral dalam menentukan pemimpin baik di legislatif dan eksekutif," kata Komisioner KPU RI 2021-2017, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, saat memberikan kuliah umum ke mahasiswa FISIP Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Kamis (11/1/2024).
Ferry mengatakan, demokrasi di Indonesia mengalami berbagai tantangan dan pasang surut. Mulai dari pascakemerdekaan (1945-1959), orde lama dan orde baru (1959-1998), dan orde reformasi (1998-sekarang). Proses dari masa ke masa itu mampu menghasilkan Pemilu yang adil, bebas, kompetitif, serta kebebasan sipil dan politik.
Sehingga demokrasi yang sudah berjalan baik itu harus dipertahankan, meskipun tantangannya tidak mudah. Seperti dari praktik tradisi patrimonial, klientelisme dan populisme, monopoli kekusaaan oleh kelompok oligarki predatoris, serta tantangan ketidakmampuan negara dalam memastikan tegaknya hukum keterputusan antara keterwakilan dan konstituen dalam lembaga legislatif.
"Disinilah perlunya peran mahasiswa sebagai agent of change untuk menjaga demokrasi dengan menyebarkan virus kebenaran, menolak hoaks, dan mendorong budaya politik partisipatif," kata pria yang juga maju sebagai calon legislatif Partai Perindo dari Dapil Jabar I mencakup Kota Bandung dan Kota Cimahi ini.
Dirinya juga mengingatkan agar mahasiswa jangan hanya jadi objek demokrasi, tapi jadi harus menjadi subjek demokrasi. Menjadi saksi dan pelaku sejarah Pemilu 2024, sebab mahasiswa punya nilai lebih dari masyarakat kebanyakan.
Apalagi dengan bonus demografi saat ini dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, sebagai kelompok yang independen suara mahasiswa sangat dibutuhkan.
"Mahasiswa harus berpartisipasi aktif memilih dengan rasional dan mentreking dengan dunianya siapa yang akan dipilih. KPU juga mestinya bisa melibatkan mahasiswa dalam memberikan pendidikan politik, sehingga mereka bisa memiliki pemahaman demokrasi secara utuh dan punya perspektif terbuka soal Pemilu," ucap Ferry yang juga menjabat sebagai Ketua Koordinasi Pusat ICMI.
Dosen Komunikasi Pemerintahan, Unjani, Lukman Munawar Fauzi menyebutkan, sengaja menghadirkan nara sumber dari luar untuk menambah bobot keilmuan mahasiswa. Respons mahasiswa juga sangat antusias karena mereka bisa berinteraksi langsung dengan nara sumber yang memiliki pengalaman secara konseptual dan empiris.
"Sesuai dengan program kampus merdeka yakni praktisi mengajar di kelas, Unjani sering menghadirkan praktisi umum ataupun nara sumber dari TNI AD. Sehingga dapat menambah wawasan dan mengasah intelektual mahasiswa," terangnya.
Sementara salah seorang mahasiswa semester tiga Fakultas FISIP, Prodi Ilmu Pemerintahan, Arief Muhaemin mengaku, mendapatkan ilmu baru soal demokrasi di Indonesia dari paparan yang disampaikan. Sehingga sebagai generasi muda dan agen perubahan di masyarakat, dirinya bisa memahami demokrasi secara benar dan utuh.
"Banyak ilmu baru yang saya dapatkan, apalagi tema yang dibahas soal demokrasi dan politik. Terlebih sebentar lagi mau Pemilu, generasi muda perlu diberi pemahaman agar mau menyalurkan hak suaranya dan tidak apatis terhadap politik," imbuhnya. (*)
Editor : Rizki Maulana