BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Desainer produk interior dari Mohoi.id, Rosyid Ahmadi mengungkapkan ketertarikannya terhadap bambu. Bagi Rosyid, the green gold atau emas hijaunya Indonesia adalah bambu.
Rosyid mengatakan, tanaman bambu atau rumput raksasa ini dimanfaatkannya menjadi berbagai produk yang unik dan cantik untuk desain interior. Seperti halnya lampion lampu dan bingkai cermin yang dipasang di sudut-sudut ruangan.
Kecintaannya terhadap kerajinan berbahan bambu sudah dimulai sejak 2012 silam. Di mana Rosyid dan teman-teman Mohoi.id saat itu memulai kariernya di luar negeri, sehingga lebih dikenali di Eropa, ketimbang di Tanah Air.
Misi yang dibawa oleh Rosyid adalah sustainable environment, yaitu menciptakan produk interior yang lebih ramah lingkungan dan tahan lama.
Dalam hal ini bambu adalah jawabannya. Sebab dinilainya punya durability atau kualitas produk yang kuat.
“Kita start, mulai dari penggunaan lampu dari bambu untuk sustainable material, bambu itu rumput raksasa, dia kuat 10 sampai 20 tahun produknya," ucap Rosyid, Jumat (30/8/2024).
Isu sustainability living ini kemudian mempertemukan Mohoi.id dengan de Braga by Artotel, Kota Bandung. Sebuah hotel yang terletak di pusat kota, namun memiliki konsep art botanical yang memanfaatkan unsur alam.
Melalui kolaborasi ini, mengantarkan sentuhan produk alam yang mengisi setiap ruang hotel. Sebut saja, lampion lampu bambu di lobby dan kamar tamu, karpet dari serat kelapa, hingga artwork dinding.
Bahkan, masyarakat umum juga bisa melihat-lihat eksibisi karya mohoi.id yang berkolaborasi dengan de Braga hingga Desember 2024.
"Kita mulai Maret 2024 sampai Desember running campaign, poinnya kita mau coba projek berikutnya bagaimana men-develop green hotel dengan mindset di urban, tengah perkotaan," kata Rosyid.
Sementara itu, General Manager de Braga by Artotel, Reza Farhan mengatakan, kolaborasi dengan Mohoi.id selaras dengan konsep art botanical yang menjadi daya tarik hotel ini.
Selain itu, juga sebagai bentuk kebanggaan terhadap karya asli lokal Jawa Barat, karena diproduksi oleh komunitas warga di Tasikmalaya.
"Agar supaya karya seninya berasal dari karya alam sendiri, tidak artificial, kalau Mohoi kan natural seperti itu," ujar Reza dalam perayaan ulang tahun de Braga ke-6.
Tema perayaan tahun ini adalah 'rockstar'. Menurut Reza, maknanya bukan pelantun musik rock, tetapi 'terus bersinar seperti bintang' yang mengusung sustainability.
Hal ini dibuktikan oleh upaya pihaknya melestarikan lingkungan, seperti pengolahan sampah organik yang bekerjasama dengan peternak bebek di Cicalengka.
"Sisa-sisa makanan dikumpulkan, lalu diserahkan ke peternak bebek untuk jadi pakan, sekitar 40 kilogram per hari. Kemudian hasil ternak bebeknya, daging dan telurnya dibeli lagi oleh kita," jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga mengapresiasi tim Gober kelurahan Braga yang menjadi pahlawan kebersihan lingkungan.
Dalam hal ini, mereka didukung dengan penyediaan keperluan alat kerja. Berkat konsistensi ini pun akhirnya organisasi konservasi lingkungan dunia (WWF) memberikan apresiasinya kepada de Braga atas komitmennya dalam dukungan keberlanjutan lingkungan.
Editor : Rizal Fadillah