“Pesta-pesta sudah cukup besar; yang tadinya 100 orang, sekarang sudah bisa menjadi 500-700 orang, dan itu berdampak besar. Toko kain laku, penjahit juga bergerak. Mereka yang mungkin hampir setengah tahun tidak mendapat orderan, sekarang banyak event lagi. Penjahit, tukang kain, bahkan pabrik tekstil sedikit demi sedikit mengalami kemajuan,” jelasnya.
Dalam menghadapi tantangan besar akibat pandemi, Susan mengungkapkan bahwa APPMI dan pelaku industri fashion lainnya harus kreatif dalam beradaptasi.
“Waktu COVID, kami beralih ke produk lain, seperti APD dan masker kain, itu yang membuat kami bertahan selama satu tahun. Kami tidak harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kami tetap berproduksi dengan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan saat itu. Ini menunjukkan bahwa kreativitas dan kemampuan beradaptasi sangat penting dalam industri ini,” ungkap Susan.
Membahas tren 2025, Susan menyatakan optimisme mengenai tren sustainable fashion yang semakin mendapat perhatian.
Tema tahunan yang diangkat tahun ini mengedepankan lima pilar dimensi dalam fashion berkelanjutan: lingkungan, ekonomi, sosial, estetika, dan budaya.
Editor : Zhafran Pramoedya