Pada bulan Januari dan Februari, diperkirakan akan terjadi perang dagang antara AS dengan Tiongkok, Eropa, Kanada, dan Meksiko.
Selain itu, Trump juga mengancam akan memberikan denda 100 persen kepada negara-negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam perdagangan internasional. Terlebih, Federal Reserve memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga meski Trump meminta mereka melakukan penyesuaian.
Berbagai gejolak ekonomi itu kemungkinan besar menjadi pemicu kurs rupiah dipermainkan oleh peretas.
“Ini kemungkinan besar hanya sesaat, di hari Senin sudah kembali normal,” ujar Ibrahim dikutip dari ANTARA.
Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, menyatakan level nilai tukar Rp 8.100an per dolar AS sebagaimana yg ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya.
Data Bank Indonesia mencatat kurs Rp16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025.
“Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan,” kata Ramdan.
Editor : Agung Bakti Sarasa