Lukisan Fotorealis-realis Guntur Timur dan Mariam Sofrina Tampil di Lawangwangi Bandung

Ruang private atau personal territory itulah yang kemudian ditetapkan oleh Guntur Timur sebagai ruang estetik yang akan dipertimbangkan menjadi pokok soal pada karya lukis foro-realis di mana gradasi dari putih ke hitam dikomposisikan sedemikian terampil hingga menyajikan kedalaman yang intim terhadap ruang, sudut pandang melihat objek lukis, titik sinar hingga bayang-bayangnya, serta suasana hangat dan dingin pada ruang tertentu.
Guntur Timur menemukan tone abu-abu yang unik dari campuran cat minyak yang digunakannya sebagai material utama lukisan foto-realisnya pada pameran ini.
“Lukisan saya memang mencerap banyak persoalan politik, ekonomi, budaya dan banyak peristiwa lainnya yang menurut saya seperti negasi hitam dan putih; salah-benar dan lainnya. Lalu saya menemukan abu-abu yg dianggap netral, tetapi justru mendorong saya untuk mengeksplorasi ketegangan yang ada pada abu-abu itu dalam lukisan saya pada bidang objek yang di belakang (background) dan permukaan paling dekat (foreground),” kata Guntur Timur.
Lukisan foto-realis karya Mariam Sofrina menyajikan keutuhan lanskap kota di Austria dan Jerman yang dikoleksinya menjadi pengalaman personal dengan warna, kedalaman serta tektur objek-objek yang dilukisanya. Beberapa lanskapnyang pilihndan dipotret oleh Mariam Sofrina memiliki nilai sejarah kelam kemanusiaan, khususnya terkait pembantaian etnis Yahudi.
Yang berbeda dari lukisan Guntur Timur, Mariam Sofrina menggunakan lapisan-lapisan warna sesuai dengan persepsi optis terhadap lanskap aslinya - praktik seni mimesis ditambah dengan gagasan estetik pada lukisan foto-realis objek lanskapnya.
Editor : Abdul Basir