Dituding Warga Jadi Penyebab Banjir, DPRD KBB Datangi Pengembang The Emeralda Resort

BANDUNG BARAT,iNews BandungRaya.id - Gabungan komisi DPRD Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan sidak ke pengembang perumahan The Emeralda Resort.
Perumahan elit yang berada di RW 14, Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang tersebut diprotes, bahkan akses masuknya sempat ditutup paksa warga karena dituding jadi penyebab banjir ke permukiman warga yang ada di sekitarnya.
Rombongan DPRD KBB terdiri dari Ketua Komisi I Sandi Supyandi, Ketua Komisi IIII Pither Tjuandis, Ketua Komisi IV Nur Djulaeha, beserta jajaran anggota komisi.
Mereka didampingi dinas terkait seperti dari Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Perhubungan, perwakilan kecamatan dan desa.
Ketua Komisi IIII DPRD KBB Pither Tjuandis mengatakan, DPRD KBB menerima aspirasi dari masyarakat terkait aktivitas pembangunan di The Emeralda Resort. Salah satu poinnya adalah terjadinya banjir ke permukiman warga.
"Ini kami menindaklanjuti aspirasi yang masuk ke dewan dengan terjun ke lapangan. Yaitu meminta penjelasan pihak pengembang terkait dengan perizinan yang sudah ditempuh," ucapnya kepada wartawan di lokasi, Jumat (9/5/2025).
Berdasarkan penjelasan pihak pengembang, sejauh ini sudah ada 153 unit yang telah mengantongi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), sementara yang lain belum karena masih berproses.
Pither menegaskan agar semua perizinan ditempuh terlebih dahulu sebelum membangun. Agar ketika Amdal dan site plan sudah jadi, semua sesuai dan tidak ada perubahan, yang bisa berimbas harus dilakukan revisi ulang.
Politisi Partai Demokrat ini juga meminta pengembang membereskan saluran air agar kejadian banjir ke permukiman warga yang ada di bawahnya tidak terjadi lagi. Sehingga air limpasan jangan semua dibuang ke saluran lama.
"Ini peil banjirnya harus diperhatikan, jangan sampai banjir lagi. Penyelesaiannya mesti secara global, jangan hanya masalah di RW 14 saja, karena dampak banjir juga dirasakan oleh warga di RW 15 dan sekitarnya," kata dia.
Perwakilan pemerintah desa mengakui jika masyarakat mengeluhkan air larian dari pembangunan perumahan The Emeralda Resort. Ini dikarenakan lokasi pembangunannya berada di wilayah paling atas di puncak Gunung Kacapi, Kampung Gunung Bentang.
Sejauh ini antara warga dan pengembang sudah membuat kesepakatan di kantor desa terkait penanganan masalah banjir.
Salah satunya dengan memetakan titik-titik rawan yang harus segera diantisipasi, mengingingat di sekitar The Emeralda Resort ada 16 RW yang bisa terdampak.
Warga RW 15 Desa Jayamekar, Dadang menyebutkan sejak adanya pembangunan perumahan The Emeralda Resort wilayahnya kerap kebanjiran. Terakhir banjir dan lumpur terjadi pada Jumat (18/4/2025) dengan ketinggian antara 10-15 sentimeter.
"Ini kan (Emeralda) di RW 14 dan ada di atas, rumah kami di RW 15 di bawah. Makanya kalau hujan pasti kebanjiran, karena air pasti larinya ke bawah," ujarnya.
Sementara itu pihak pengembang The Emeralda Resort mengaku sejumlah kesepakatan dengan warga yang telah dibuat akan terus diselesaikan. Dimana bersama pemerintah desa dan muspika telah menyepakati tujuh poin penyelesaian masalah banjir.
Termasuk pembangunan saluran irigasi sebagai solusi jangka panjang mengatasi banjir. Itu nantinya akan ditangani tim khusus dan melaporkan progresnya secara berkala.
“Kita tetap pada tujuan untuk menyelesaikan semua apa yang ada di kesepakatan itu, tentunya dengan bantuan dari Komisi III DPRD KBB. Kita pun tidak ingin one prestasi terhadap kesepakatan yang sudah dibuat," ucap perwakilan pihak pengembang perumahan The Emeralda Resort, Heru.
Seperti diketahui pada Sabtu (19/4/2025), warga Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang, KBB, yang geram kepada pengembang proyek perumahan elit The Emeralda Resort, melakukan aksi pemblokiran dan penutupan akses jalan menuju lokasi proyek perumahan tersebut.
Pasalnya sejak dilakukannya aktivitas proyek perumahan yang dibangun di puncak Gunung Kacapi itu, rumah-rumah warga serta sejumlah perkampungan di bawahnya menjadi kebanjiran.
Warga meminta seluruh kegiatan penggalian serta pengurugan (cut and fill) dihentikan sementara.
Termasuk menuntut pihak perusahaan bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan serta segera membenahi saluran air. Sebab setiap hujan turun permukiman warga sekarang selalu kebanjiran air dari lokasi proyek tersebut. (*)
Editor : Rizki Maulana