Menulis Kemenangan Sebelum Pertempuran. Iran tak mungkin menundukkan Israel hanya dengan peluru. Kunci Sun Tzu adalah "menang di kepala musuh dulu (psyops), menang di meja diplomasi (aliansi rahasia), menang di dompet global (ganggu pasar energi).
Barulah, di medan tempur, pasukan bergerak bagai bayangan, menekan di celah Iron Dome, menusuk di jalur supply, lalu mundur kembali ke kegelapan gunung. Sun Tzu menulis, “Siapa yang tahu medan dan musuhnya, tak pernah takut pada seratus pertempuran.” Kita akan membaca bagaimana Iran, dalam imajinasi strategi, memakai setiap baris The Art of War untuk meretas blokade, menjebol logistik, dan memaksakan negosiasi dengan harga kehormatan tetap utuh.
Baca Juga
Israel Alami Kerugian Besar Usai Diserang Iran, Netanyahu: Ini Menyakitkan
LIMA FAKTOR KEMENANGAN - TAO, TIAN, DI, JIANG, FA
Sun Tzu mengawali kitabnya dengan lima batu penjuru. Lima pilar yang menopang runtuh atau tegaknya sebuah negara dalam jubah perang, Tao (), Tian (), Di (), Jiang (), Fa (). Lima kata sederhana, namun bila dijalin dengan benang ruhani, sanggup menenggelamkan senjata tercanggih di padang pasir mana pun. Dan di antara gedung beton Teheran yang dipagari sanksi dan doa para syahid, lima pilar ini bersemayam siap menyalakan nyala perlawanan sunyi di detik senyap, di dalam kabut konstelasi Timur Tengah.
- Tao () Moral dan Kesatuan.
Sun Tzu berkata, “Tao menjadikan rakyat selaras dengan penguasa, sehingga mereka rela mati bersama dan hidup bersama, tak gentar pada bahaya.” Bagi Iran, Tao bukan sekadar patriotisme. Tao bersemayam di khutbah Jumat, di darah para Basij, di mural syuhada yang menempel di tembok sekolah, di bisikan para ibu yang rela melepaskan anaknya ke medan jihad. Tao adalah hukum hati yang tak bisa disanksi PBB. Tanpa Tao, rudal hanyalah besi tak bertuan. Tapi dengan Tao, setiap pejuang Gaza dan Hizbullah merasa satu nadi dengan Qom. - Tian () Musim, Waktu, dan Langit.
Tian adalah langit, cuaca, waktu aspek yang dilupakan jenderal modern yang sibuk pada tombol rudal. Iran, jika hendak menang, harus membaca Tian sebagaimana Sun Tzu membaca awan sebelum menulis strategi. Musim dingin adalah sekutu bagi pertahanan pegunungan. Musim kemarau adalah kawan bagi drone-drone bunuh diri menembus radar. Iran harus menata setiap peluncuran roket, sabotase pelabuhan, dan kampanye media dalam harmoni angin, hujan, dan bulan purnama. Mereka yang melawan Tian, kata Sun Tzu, sama saja menabur benih di batu. - Di () Medan Bumi.
Sun Tzu, “Siapa menguasai medan, ia menguasai arah.” Pegunungan Zagros, lembah Hormozgan, padang garam Dasht-e Kavir semua bukan sekadar gurun, tapi benteng alami. Di balik kerikil gurun Persia, bunker tersembunyi menanti. Jalan rahasia di lembah menjadi jalur logistik tak terbaca drone Israel. Di adalah medan fisik, tapi juga medan opini. Medan media sosial, medan diplomasi, medan spektrum propaganda. Iran yang bijak adalah Iran yang membalik gurun menjadi labirin, membalik TikTok menjadi parit tak terlihat. - Jiang () Pemimpin yang Bijak.
Sun Tzu berpesan, “Pemimpin harus bijak, adil, penuh kasih, berani, dan tegas.” Iran tidak butuh jenderal yang hanya pandai berorasi di podium, tapi butuh Jiang yang bisa membisikkan strategi di lorong bawah tanah, yang bisa berdialog dengan rakyat jelata dan elite pasukan elit dalam satu bahasa. "kepercayaan". Jiang Iran harus jadi bayangan di belakang Tao. Tak terlihat, tapi jadi ruh di setiap keputusan cepat di ruang kontrol rudal. - Fa () Aturan, Disiplin, dan Logistik.
Ini fondasi yang sering dilupakan, Fa adalah hukum dan disiplin. Bagi Sun Tzu, pasukan tanpa Fa hanyalah gerombolan haus darah. Di Iran, Fa berarti jalur suplai roket tak terputus. Stok pangan, bahan bakar, dan amunisi yang dijaga seolah menimbun doa. Komando rantai pasukan proxy dari Lebanon, Suriah, Irak semua tunduk pada satu naskah tak tertulis strategi perang total Sun Tzu. Fa adalah rantai yang menahan pasukan tetap rapi meski hujan rudal menimpa bunker.
Editor : Rizal Fadillah