Terbukti Berhasil, Budi Daya Lobster di KJA Pangandaran Harus Diapresiasi Semua Pihak

BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID --- Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FKIP Unpad) Imam Kadarisman mengapresiasi budidaya lobster yang dilakukan Unpad di Pangandaran sampai berhasil dan menjadi percontohan di Indonesia.
Namun kegiatan ini hendaknya jangan menjadi konsumsi pemberitaan secara nasional yang pesan dan dampaknya menjadi negatif. Penggunaan bahasa yang tidak elok dan tidak pantas hendaknya tidak dilakukan karena kegiatan penelitian ini untuk pengembangan budi daya lobster di Indonesia.
Hal itu disampaikan Imam Kadarisman menanggapi polemik Keramba Jaring Apung (KJA) yang muncul belakangan ini. "Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan Unpad dan berhasil membudidayakan lobster, bahkan menjadi percontohan universitas di seluruh Indonesia," kata Imam di Bandung, Minggu (24/8/2025).
Menurut Imam, dengan model budi daya lobster ini BBL (benih bening lobster) nya tidak lagi diberangkatkan ke Vietnam. Kementerian Perikanan dan Kelautan (KKP) bahkan sudah membuat modeling budi daya lobster.
"Dan itu (budi daya lobster di Pangandaran) menjadi pusat pengembangan budi daya lobster," kata Imam.
Ia mengatakan, secara sosial, ekonomi dan lingkungan benih bening lobster atau BBL hanya ada di pesisir pantai selatan, mulai ujung Aceh, Jawa, sampai Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Jangan sampai kalau nanti BBL nya besar-besar, yang memanen malah Amerika. Sayang kan kalau benih lobster yang kita punya, hasil penelitian kita, penelitian KKP, hasilnya sama negara lain," tambahnya.
Ia mengatakan, selama ini lobster yang dipanen di Indonesia hanya sekitar 1 persennya. Bahkan, dalam penelitian akademisi angkanya lebih kecil lagi, yakni sebesar 0,3 persen.
Imam mengatakan kegiatan penelitian ini jangan diwarnai dengan bahasa yang kurang nyaman, misalnya seakan-akan terusir bahwa penelitian ini dilakukan pada posisi 12 mil dari garis pantai. "Kalau kegiatan penelitiannya di kepulauan Riau malah aktivitasnya di negara Singapura," kata Imam.
Untuk itu Imam mengajak semua pihak untuk saling menghormati dengan sama-sama kajian masing-masing.
"Akademisi punya kajian, masyarakat juga punya kajian. Jangan dihiasi dengan bahasa atau pemberitaan yang dampaknya negatif," katanya.
Sementara itu, Ketua IKA Muda Unpad Fuad Rinaldi mengatakan, sebelum turun melakukan penelitian ke masyarakat, Univeritas itu tentunya sudah melalui tahapan-tahapan seperti mencermati latar bekakang masalah dan perumusan masalah. Dan itu diketahui oleh masyarakat, " katanya. ***
Editor : Ude D Gunadi