“Kalau melihat Prabowo, Ganjar, Puan Maharani, Airlangga, Erick Tohir dan lainnya, wajahnya adalah representasi pemerintah hari ini. Tutup mata soal track record apa yang mereka lakukan. Mazhab ini mengeras ketimbang basis-basis argumentasi rational choice,” tegasnya.
Sementara itu, Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman menyampaikan, bahwa di survei biasanya ada dua aspek yang diuji, pertama aspek personal dan kedua aspek kebijakan.
“Kebijakan ini kalau kita bagi ke tipologinya lebih untuk membaca tipikal rasional, kalau aspek personal lebih ke sentimen jujur atau tidak, merakyat, rajin sholat atau tidak. Tapi ada aspek kebijakan, yakni kinerja. Sejauh mana aspek rasionalitas itu digaungkan apakah dia bisa tumbuh subur menjadi eskalasi ataupun terkubur oleh politik identitas,” tuturnya.
Dia menambahkan, bahwa kalau kita berkutat pada sentimen maka yang menjadi hajatan publik yang semestinya berbicara orientasi kepentingan publik langsung tidak akan tercapai karena pemilih rasionalitas itu bukan karena melihat dia pintar, punya retorika bagus dan punya diksi-diksi yang menawan.
“Bukan itu kajian rasionalitas dalam kajian behavior pemilih. Rasional itu ada tukar kepentingan,” pungkasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait