Sementara itu, Ismita Putri mengungkapkan bahwa budaya digital telah mengubah cara berinteraksi, mendapatkan informasi, dan membentuk opini. Namun, platform media sosial juga telah menjadi tempat berkembangnya radikalisme. .
Lanjut Ismita, Media sosial memungkinkan akses cepat ke informasi dan berita, tetapi juga dapat menyebabkan penyebaran informasi yang tidak akurat atau menyesatkan. Kemudian Platform media sosial memfasilitasi pembentukan komunitas online, yang dapat menjadi tempat berkembangnya ideologi ekstrem dan radikalisme.
Serta pengaruh teman sebaya di media sosial sangat kuat dan dapat mendorong individu untuk mengikuti tren dan ideologi, termasuk yang berujung pada radikalisme.
“Karenanya penting untuk membangun budaya digital yang sehat dengan Mempromosikan nilai-nilai toleransi dan dialog untuk menciptakan ruang digital yang aman dan damai serta Meningkatkan literasi digital masyarakat untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak dan bertanggung jawab,” kata Ismita.
Rizky Ardi Nugroho mengatakan perkembangan teknologi informasi di dunia terus berkembang secara masif, dengan pengguna Internet Indonesia mencapai lebih dari 185.3 juta pengguna / 66,5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Menurutnya, perubahan gaya hidup menjadi serba digital dan menawarkan kemudahan serta kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas, masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan digital yang selama ini dianggap berisiko tinggi, namun di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk seperti penipuan dan pencurian akun, sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.
Editor : Abdul Basir
Artikel Terkait