Saroyo menyatakan, pupuk palsu sangat merugikan petani karena kandungan bahan kimia standard tidak ada. Jika digunakan, pupuk palsu bisa menurunkan produksi atau hasil tani. Bahkan bisa menyebabkan gagal panen.
"Misal, petani memperkirakan hasil pertaninnya bisa mencapai 6 ton dalam 1 hektare. Tapi karena menggunakan pupuk palsu, hasilnya di bawah taksiran tersebut bahkan sampai gagal panen," ujar Saroyo.
Saroyo menyarankan petani membeli pupuk dari kios resmi bekerja sama dengan Pupuk Indonesia. Harga pupuk non-subsidi palsu ini sangat murah, hanya Rp40.000 per karung. Sementara, harga pupuk produksi Pupuk Indonesia bisa mencapai Rp350.000 hingga Rp400.000 per karung.
Pupuk NPK non-subsidi ini tidak hanya diproduksi oleh pemerintah, tapi banyak juga perusahaan swasta. Artinya, ketika ada pembuatan pupuk palsu ini yang dirugikan bukan hanya petani, tapi juga produsen pupuk NPK.
"Jadi yang beli ini mungkin karena keterpaksaan. Ketika petani tidak ada uang beli pupuk asli, akhirnya yang murah langsung diambil," tutur Saroyo.
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait