Hilirisasi
Pria yang juga menjabat Ketua DPD Partai Golkar Jabar itu menyatakan, hal-hal yang harus diperbaiki dan dikejar Indonesia dalam hal ketahanan nasional adalah, investasi menuju kemandirian.
Seperti diketahui, Presiden Prabowo juga membentuk badan pengelola investasi Danantara sebagai Sovereign Wealth Fund pendorong investasi di Indonesia.
Dengan menghimpun berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, terutama BUMN untuk dijadikan kekuatan besar, diharapkan Danantara menjadi badan pengelola investasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Diketahui, ujar Kang Ace, Indonesia adalah bangsa kaya. Kalau tidak kaya, tidak mungkin dikejar oleh bangsa lain. Sejak zaman dulu, bangsa Arab, Portugis, Prancis, Spanyol, Belanda, dan Inggris datang ke Indonesia untuk berdagang dan mengekploitasi kekayaan alam Indonesia yang luar biasa.
"Ini kan aset besar. Sayangnya selama ini belum dikelola dengan sebaik-baiknya. Berbagai kekayaan alam Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah. Belum dikelola dan diproduksi dengan nilai tambah tinggi," ujarnya.
Sebagai contoh, tutur Gubernur Lemhannas, Indonesia ini pemilik nikel terbesar. Kalau Indonesia menjual nikel dalam bentuk konsentrat, pasti nilai ekonomi kecil sekali.
"Tapi jika Indonesia memiliki kemampuan untuk bisa mengelola dan mengolah nikel menjadi baterai, tentu nilai tambahnya akan luar biasa," tuturnya.
Ditanya tentang langkah konkret Danantara mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, Kang Ace menjelaskan, Danantara merupakan lembaga yang menghimpun dan mengelola semua aset, terutama aset yang dimiliki BUMN Indonesia.
Diharapkan, Danantara dapat berinvestasi pada sektor-sektor yang bisa menggerakkan ekonomi, seperti hilirisasi. Nikel diolah harus menjadi baterai agar memberikan keuntungan 300 persen. Dalam proses itu, dari produksi, penambangan, pengolahan, sampai produksi, membutuhkan investasi.
Termasuk sumur-sumur minyak yang akan dilegalisasi, menjadi sektor investasi yang bisa digarap Danantara. Banyak sumur minyak di Indonesia belum termaksimalkan.
Terutama sumur-sumur tua, dengan teknologi terbaru bisa kembali berproduksi. Sehingga Indonesia tidak lagi impor, tetapi bisa lifting cadangan minyak dalam negeri.
"Lemhannas RI pernah melakukan kajian terkait minyak. Seharusnya Indonesia bisa berinvestasi di sektor itu. Sebab Indonesia telah memiliki pengalaman ketika terjadi booming oil di era Orde Baru," ucap Kang Ace.
Menurut Kang Ace, hilirasi bukan hanya di sektor tambang atau minyak dan gas (migas). Hilirisasi juga bisa dilakukan di sektor pangan. Contoh, Indonesia memiliki lahan sawit terluas di dunia.
Sawit bisa dimanfaatkan bukan hanya untuk menghasilkan minyak goreng. Tetapi, produk turunan sawit banyak sekali, bisa menjadi bahan bakar biofuel, B30, dan B50. Bahkan kalau teknologi telah maju, sawit bisa dijadikan bahan makanan, obat, dan kosmetik.
"Ini harus dilihirisasi. Hasil olahan sawit bisa meningkatkan nilai tambah dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Hilirisasi secara maksimal akan menyerap lebih dari 3 juta tenaga kerja," ujarnya.
Kang Ace melihat, proses menuju hilirisasi telah terlihat. Program hilirisasi yang digenjot oleh Presiden Prabowo yang merupakan kelanjutan dari pemerintah presiden sebalumnya, diharapkan bisa menunjukkan keunggulan Indonesia.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait
