Dedi menyoroti pentingnya melihat penghasilan sebagai tolok ukur, bukan hanya status pekerjaan formal. Aktivitas seperti bertani, menjadi pengemudi ojek daring (ojol), hingga membangun industri kreatif rumahan adalah bentuk kerja produktif yang melahirkan penghasilan dan menggerakkan roda perekonomian lokal.
“Nah dari situ lahir produktivitas. Jadi saya ini kan memperhatikan orang dari sejak bangun sampai tidur,” ujarnya, sambil memberi contoh pertemuannya dengan anak-anak muda di Tasik dan Majalengka yang berpenghasilan 150-200 ribu dari membersihkan sungai dan membangun sawah baru.
Infrastruktur dan Kepercayaan Publik: Memutar Uang Pajak di Indonesia
Dedi juga menjelaskan strategi pemerintahannya selama sembilan bulan terakhir yang berfokus pada penggunaan uang rakyat untuk kepentingan rakyat. Ia mengaku tidak berfokus pada jargon, melainkan pada aksi nyata membelanjakan anggaran dengan baik.
“Dana pajak diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti pembangunan jalan, jembatan, irigasi, sekolah, dan rumah sakit,” ungkapnya.
“Keterbukaan alokasi anggaran, termasuk dana bagi hasil dari pajak industri, digunakan untuk membangun jalan premium, PJU, dan perlindungan keamanan di wilayah pabrik,” tambahnya.
Hasil dari transparansi ini, kata Dedi, adalah meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak, terbukti dengan peningkatan pembayaran pajak kendaraan bermotor meskipun pembelian kendaraan baru turun.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait
