Oleh karena itu, Moeldoko nampak paling moncer dan mengalami progres paling signifikan di tengah stagnasi elektabilitas capres-capres papan tengah dan papan bawah. Apabila trend pertumbuhan elektabilitas Moeldoko tersebut bisa terus diakselerasi dan ada partai politik yang berani mendeklarasikannya sebagai capres, bukan tak mungkin mantan Panglima TNI di era SBY itu bisa menjadi kuda hitam yang mengejutkan pada Pilpres 2024 nanti.
Menurut Gema, perkembangan tingkat elektabilitas capres dalam survei LSN kali ini dapat dibagi dalam tiga kluster. Pertama, kluster capres papan atas yang terdiri dari Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Siapa yang terbaik dari ketiga tokoh ini secara metodologi belum bisa ditentukan, mengingat selisih elektabilitas diantara mereka sangat tipis (di bawah margin of error).
"Tingkat elektabilitas masing-masing berkisar antara 20% hingga 25% dan terpaut jauh dengan elektabilitas capres-capres di bawahnya," jelas Gema.
Kedua, kluster capres papan tengah yang terdiri dari beberapa tokoh yang memiliki elektabilitas antara 2% hingga 8%. Mereka yang termasuk dalam kluster ini adalah Ridwan Kamil (7,3%), Moeldoko (4,1%), Andika Perkasa (2,7%), Sandiaga Uno (2,5%), AHY (2,4%), dan Erick Thohir (2,0%).
"Para capres dalam kluster ini kendati elektabilitasnya sebagai capres belum signifikan namun hampir semuanya dalam penilaian responden layak menjadi calon wakil presiden (cawapres)" ungkap Gema.
Ketiga, kluster capres papan bawah yang terdiri dari para tokoh yang tingkat elektabilitasnya tidak pernah melewati angka 2%. Mereka yang termasuk dalam kluster ini adalah Puan Maharani (1,7%), Airlangga Hartarto (0,9%) dan Muhaimin Iskandar (0,4%). Ketiga tokoh ini selain elektabilitasnya sebagai capres rendah, juga tidak dinominasikan publik sebagai cawapres.
Editor : Zhafran Pramoedya