Dikutip dari laman resmi Pemprov Jawa Barat, nama Sumedang berasal dari kata Insun Medal atau Insun Medangan, yang berarti “aku dilahirkan; aku menerangi” dalam bahasa Sunda. Kata Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya.
Nama tersebut telah menggambarkan semangat dan kejayaan kerajaan ini di masa lalu. Pada masa pemerintahan Prabu Tajimalela, putra Prabu Guru Adji Putih, nama kerajaan ini diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti “menerangi alam”.
Prabu Tajimalela dikenal sebagai raja yang bijaksana dan adil, yang berhasil memperluas wilayah kerajaannya hingga mencapai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahun 1530, Kerajaan Sumedang Larang menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon, setelah Ratu Pucuk Umun, putri Prabu Tajimalela, menikah dengan Sunan Gunung Jati.
Ratu Pucuk Umun juga dikenal sebagai Nyi Mas Ratu Dewi Inten Dewata atau Nyimas Setyasih. Kemudian pada tahun 1585, telah terjadi peristiwa Harisbaya yang dipimpin oleh Prabu Geusan Ulun, putra Ratu Pucuk Umun.
Prabu Geusan Ulun berhasil membebaskan Sumedang Larang dari kekuasaan Cirebon, dan menjadikannya sebagai negara berdaulat. Prabu Geusan Ulun adalah raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, yang memerintah dari tahun 1579 hingga 1601.
Editor : Rizal Fadillah