Namun, kita tidak bisa menutup mata karena disamping peluang pertumbuhan industri yang semakin baik, BPR Syariah juga menghadapi tantangan dan ancaman akibat perubahan kondisi eksternal yang dihadapi.
"Tiga tantangan itu yakni, adanya perubahan ekosistem global dan nasional berupa perubahan perilaku masyarakat, inovasi produk dan perkembangan digital ekonomi. Kemudian dampak pandemi Covid19 dan persaingan usaha diantara lembaga keuangan pada segmen menengah kecil dan mikro, seperti fintech lending, Unit Mikro Bank Umum , laku pandai dan yang terbaru adalah kehadiran bank digital," Kata Cahyo.
Selain itu, tuturnya, terdapat tantangan dan isu strategis yang dihadapi industri BPR SYARIAH yakni Permodalan, dimana sebagian besar populasi BPR SYARIAH dalam kategori BPR skala kecil, Infrastruktur TI yang relatif terbatas dan adanya potensi risiko baru sebagai dampak perkembangan pemanfaatan TI melalui kerjasama dengan pihak lain.
"Untuk itu diperlukan berbagai upaya untuk penguatan struktur dan keunggulan kompetitif, akselerasi transformasi digital, peningkatan peran perbankan terhadap ekonomi daerah dan penguatan perijian, pengaturan serta pengawasan BPR Syariah," tegas Cahyo.
Cahyo menuturkan, Kompartemen BPR Syariah Asbisindo tentu akan mendukung berbagai upaya pengembangan ekonomi syariah di tanah air yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun otoritas.
Diantaranya, ujarnya, adalah apresiasi dan dukungan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah meluncurkan roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia 2023-2027.
Editor : Abdul Basir